Sing Street (Ireland, 2016) (4/5)

Rock and roll is a risk. You risk being ridiculed. 
RottenTomatoes: 96% | IMDb: 8/10 | Metascore: 79/100 | NikenBicaraFilm: 4/5


Rated: PG-13
Genre: Drama, Musical

Directed by John Carney ; Produced by Anthony Bregman, John Carney, Kevin Scott, Frakes Christian, Grass Martina, Niland Raj, Brinder Singh, Paul Trijbits ; Screenplay by John Carney ; Story by John Carney, Simon Carmody ; Starring Ferdia Walsh-Peelo, Lucy Boynton, Maria Doyle Kennedy, Aidan Gillen, Jack Reynor, Kelly Thornton ; Cinematography Yaron Orbach ; Edited by Andrew Marcus, Julian Ulrichs ; Production companies Likely Story, Merced Media, PalmStar Entertainment, FilmNation Entertainment, Irish Film Board, Cosmo Films, Distressed Films, FilmWave ; Distributed by The Weinstein Company (United States), Lionsgate (United Kingdom); Release date 24 January 2016 (Sundance), 17 March 2016 (Ireland), 15 April 2016 (United States) ,20 May 2016 (United Kingdom) ; Running time 105 minutes ; Country Ireland, United States, United Kingdom ; Language English ; Budget $4 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Connor (Ferdia Walsh Peelo) pindah ke sebuah sekolah Katolik dan membentuk sebuah band bersama teman-temannya setelah jatuh cinta pada Raphina (Lucy Boynton).

Review / Resensi:
Emang belum pernah nonton Once (2007), tapi saya lumayan suka film Begin Again (2012). Terutama, karena Begin Again adalah film sempurna yang bisa kasih semangat optimisme dan produktivitas di saat kita habis putus.. haha. Cerita dalam Begin Again sebenarnya sederhana. Kalau dibuatkan premis palingan cuma: seorang musisi perempuan habis diselingkuhin pacarnya memulai rekaman dengan seorang produser yang juga sedang struggling dengan kehidupannya. Namun John Carney, sang sutradara yang juga menulis naskahnya, tahu benar bagaimana menggabungkan musik dengan sebuah film, he has a good taste in music and very passionate about it. Ia juga tahu bagaimana mengelola kesederhanaan itu menjadi film yang bernyawa. Dan ya, itulah yang dia lakukan juga kali ini lewat film ketiganya yang dirilis tahun lalu Sing Street.

Sing Street terasa sangat easily personal related, karena semua orang pernah mengalami masa SMA yang penuh suka duka. Connor (Ferdia Walsh Peelo) harus pindah ke sekolah baru - sekolah cowok Katholik setelah keluarganya mengalami krisis keuangan dan di ambang perceraian. Di sekolah barunya ia kemudian mengalami bully-an dari teman sekolahnya (serupa Giant di Doraemon), Barry (Ian Kenny) dan berurusan dengan kepala sekolahnya yang galak Brother Baxter (Don Wycherley). So, hidup Connor ngenes banget. Sampai ia kemudian ketemu cewek cantik Raphina (Lucy Boynton) dan demi pedekate Connor "ngarang" dia punya band dan akhirnya bersama teman-temannya membentuk band yang genrenya dia sebut "futurist". Sing Street akan mengingatkanmu pada masa-masa sekolahmu yang suram (kalo nasibmu suram, kalo kamu populer anak OSIS rajin rangking satu ya alhamdulillah) - lalu kamu merasa musik menyelamatkan dirimu. Entah sekedar mendengarkannya melalui headphone, atau membentuk band bersama teman-temanmu. 

Basic ceritanya sederhana dan terasa down-to-earth: hal-hal yang mungkin kamu alami saat sekolah. Errrr.. sebenarnya nggak down-to-earth banget sih, karena toh masa SMA saya nggak sesuram itu walaupun nggak bisa dibilang "greatest moment of my life". Konflik di dalam Sing Street sebenarnya cukup banyak: parents issue, job problem, bullying, cinta monyet, krisis identitas, tentang meraih mimpi, hingga abusive relationship. Yang menarik dari Sing Street adalah naskah yang dikerjakan oleh John Carney dan Simon Carmody berhasil memasukkan unsur-unsur itu dengan sangat tepat dan efektif. Disampaikan dengan ringan namun masih kuat dan cukup emosional. Sing Street juga menyisipkan elemen-elemen humor dan konyol yang membuat Sing Street terasa menyenangkan dan sangat menghibur. 

Setting waktu era 80-an juga menambah daya pikatnya tersendiri. I still think 80's is not the greatest era of the music (I prefer 70's), namun soundtrack music dari Duran Duran, The Cure, Hall and Oates terasa sangat menyenangkan sekali. Vibe 80's juga begitu terasa - dari pemilihan kostum serta make upnya (Baxter: "Men don't wear makeup,". Connor: "But why not? People in the 18th century wore makeup. That means people like Mozart wore makeup!") serta original music-nya. That "The Riddle of The Model" music video? It's so funny and very 80's! Oh ya dan Brendan (Jack Reynor), kakak Connor... Ia mungkin tipe seniman yang sering disebut orangtua konservatif sebagai "anak-malas", but surely he is type of guy that I will date or at least the guy that I'll have fun to hang out with. Haha.
Brendan : "Trust me. No woman can truly love a man who listens to Phil Collins,"
Tapi entahlah, Sing Street sangat menghibur di tiga perempat awal filmnya, namun ke belakang saya merasa Sing Street jatuh agak terlalu cliche. Ketika film kemudian lebih fokus kepada love-story Connor dan Raphina, saya justru malah jadi agak males. Because... I hate Raphina. Haha. Come one, she's so selfish and manipulative. Menang cakep doank! Saya juga sebenarnya lebih menyukai konflik-konflik keluarga Connor, sibling relationship-nya dengan kakak laki-lakinya, atau bahkan teman-teman bandnya. I love his band member, dan harusnya persahabatan di antara mereka lebih dikupas daripada ngomongin cewek. By the way, Mark McKenna (Eamon) is so cute and talented..   
Saya juga tidak terlalu menyukai pilihan endingnya... Terlalu manis, terlalu cheesy. Saya merasa Sing Street dimulai dengan vibe yang terasa "hipster", "indie" atau bahkan "rock 'n roll", namun kenapa endingnya jadi "mainstream". Dan saya nggak cuma bicara soal plot ceritanya yang terlalu biasa dan main aman, namun juga pilihan lagunya. Saya menyukai lagu-lagu Connor di awal... The Riddle of The Model, Up, A Beautiful Sea... namun lagu-lagu yang harusnya jadi klimaks di bagian ending saat prom scene: Brown Shoes, To Find You... it's kinda lame and too pop. Go Now dari Adam Levine yang ballad-pop juga terasa sangat..... membosankan. (I'm cocky, i know.. haha).


Overview :
Sing Street adalah sebuah film yang sangat likeable: ia menyenangkan dan menghibur. Naskahnya menghadirkan beberapa konflik yang mungkin terasa sangat relatable bagi para penonton, namun disampaikan dengan ringan dan efektif. Setting waktu 80's di Irlandia menjadikannya memiliki daya tarik tersendiri, mengajak beberapa generasi untuk nostalgia mengenang era munculnya music video dan mengenalkan generasi baru pada music scene pada era tersebut. But well, sayangnya saya merasa seperempat bagian akhirnya terlalu main aman dan tidak se-rock 'n roll bagian awalnya. But i will recommend this movie to almost everyone. It's still entertaining.

Komentar

  1. pas brendan bilang "Trust me. No woman can truly love a man who listens to Phil Collins," yaoloh gw langsung terhenyak mbak, lha wong gw suka lagu2nya genesis & phil collins :))

    BalasHapus
  2. walopun Rephina menurut mba cuma modal cantik doang, tapi juga sekaligus jd sumber inspirasi Connor, ckck wanitah hihi. Coba ditonton Once nya mba, asik kok

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!