Burning adalah salah satu film yang paling banyak dibicarakan akhir tahun lalu, tapi saya baru saja menontonnya. Telat? Oh tentu. Bukan NikenBicaraFilm kalau tidak telat nonton dan mereview... hahaha (mungkin saya harus menjadikan ini sebagai tagline blog ini: NikenBicaraFilm, selalu terlambat dalam mereview film). Selepas menontonnya, saya memahami kenapa begitu banyak orang yang membicarakannya. Terlepas dari filmnya yang meraih banyak penghargaan dan untuk pertama kalinya mengantarkan Korea Selatan lolos masuk shortlist sembilan besar Best Foreign Film di ajang Oscar tahun 2019, Burning menjadi film yang banyak dibicarakan karena filmya yang ambigu dan membutuhkan diskusi atau semacam "refleksi" selepas menontonnya. Beberapa pembaca blog ini juga banyak yang menyarankan saya untuk membahas film ini dari lama, tapi saya baru mengabulkannya sekarang ~
Burning merupakan adaptasi bebas dari cerpen Haruki Murakami yang berjudul Barn Burning, dan Lee Chang-dong, sang sutradara, disebut-sebut berhasil dengan baik mengadaptasi tulisan Murakami dalam bahasa visual. Saya bukan pembaca novel Murakami - baru satu bukunya yang sudah saya baca, tapi kurang lebih dari satu buku itu saya bisa sedikit ngebaca tipe tulisan Murakami. Sejujurnya, membaca novel Murakami (yang baru satu judul aja itu), nyaris terasa membosankan dan nggak jelas (oh ya silakan hina saya yang hanya pembaca awam). Tapi kenapa Burning disebut-sebut berhasil menghidupkan karya Murakami, karena menurut saya Lee Chang-dong mampu "menghidupkan" keabsurdan dan ambiguitas karya Murakami dalam medium film. Ini bukan hal yang mudah, karena segala "keabsurdan" dalam sebuah karya fiksi menjadi aneh jika diterjemahkan dalam bahasa film yang realis. Selain itu, lewat caranya memainkan narasi Burning melalui apa yang biasa kita sebut "film-thriller-yang-lambat-dan-membosankan" (atau kamu biasa menyebutnya slow-burn), Lee Chang-dong juga sangat berhasil dalam memberikan nuansa yang sama seperti kala kita membaca karya Murakami.
Kisah Burning mengikuti seorang calon penulis yang bekerja sebagai kurir, Jong Su (Yoo Ah-In) yang suatu saat bertemu dengan perempuan cantik yang ceria dan menyenangkan - dan ternyata kawan dari masa kecilnya, Hae-mi (Jeon Jong-Seo). Hae-mi hendak berlibur ke Afrika dan ia meminta Jong-su untuk memberi makan kucingnya di apartemennya. Sepulang dari Afrika, Hae-mi mengenalkan Jong-su dengan Ben (Steven Yeun), seorang pemuda yang berbeda 180 derajat dengan dirinya: tampan dan kaya raya. Jong-su tidak tahu apa hubungan Ben dengan Hae-mi, sebagaimana ia tidak tahu hubungannya sendiri dengan Hae-mi (mereka sudah have sex, tapi tidak pernah secara eksklusif menjadi sepasang kekasih). Suatu saat, Ben bercerita pada Jong-su bahwa ia punya hobi yang aneh: membakar green house. Ia bilang ia hanya memilih green house terlantar, yang menurutnya "menunggunya" untuk dibakar. Ben sendiri bilang bahwa ia telah memilih target green house di dekat rumah Ben. Hal ini cukup aneh bagi seorang pria yang normal dan tinggal di Gangnam, dan Jong-su menyelidiki dan mencatat green house terlantar di dekat rumahnya, tapi tidak ada yang terbakar. Keanehan pun makin bertambah ketika Hae-mi tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan. Ini membuat Jong-su mencurigai ada "sesuatu" pada Ben dan membuntutinya. Film pun berakhir dengan Jong-sung menusuk Ben dengan pisau dan membakar mobilnya....
Jadi, apa sesungguhnya yang terjadi?
Saya bayangkan kamu, sebagaimana saya, akan mengerutkan kening kebingungan selepas menonton Burning. Penonton awam mungkin akan sedikit marah dan merasa dibodohi karena merasa tidak seharusnya film itu berakhir begitu saja tanpa sebuah penjelasan.
Sebenarnya, Burning bisa saja menjadi straightforward-thriller, tapi memang alurnya dengan sengaja tidak dibuat "selurus" dan "semudah" itu. Ada banyak teori yang mungkin berkecamuk di otakmu setelah film ini berakhir. Apakah Ben beneran serial killer / psikopat yang membunuh Hae-mi? Apakah Hae-mi bunuh diri? Apakah Hae-mi kabur dan Ben membantunya? Apakah Jong-su menusuk Ben di akhir film cuma khayalan Jong-su saja? Apakah semua ini cuma khayalan Jong-su?
Dan jika kamu sudah menyimpulkan sesuatu, maka pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian juga membutuhkan jawaban yang sama tidak jelasnya. Apakah kucing di rumah Ben adalah kucing Hae-mi? Apa yang dimaksud Ben dengan hobinya membakar greenhouse? Apakah itu sekedar metafor? Apakah sumur yang diceritakan Hae-mi benar-benar ada? Kenapa ada jam tangan Hae-mi di rumah Ben - sementara jam tangan yang sama tampaknya dikenakan teman kerja Hae-mi? Dan lain sebagainya ~
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi, saya bisa menjawab dengan pasti bahwa saya tidak tahu pasti. Melalui Burning, Lee Chang-dong tampaknya ingin menunjukkan bahwa hidup adalah sebuah misteri (ingat ketika Jong-su bilang bahwa baginya dunia adalah misteri?), dan kita mungkin tidak punya kuasa untuk menyingkap segala sesuatunya. Sepanjang film Burning, kita diberi petunjuk-petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi, tapi kita tidak diberikan bukti valid yang sungguh mengonfirmasi hipotesis kita. Ben bisa saja seorang serial killer, atau bisa saja Ben cuma seorang pria kaya biasa yang hobi membakar greenhouse (atau ia bisa saja berbohong tentang ini). Hae-mi bisa saja dibunuh Ben, atau mungkin ia bunuh diri, atau ia kabur melarikan diri karena hutang yang ia tanggung. Hmmm... kita tidak benar-benar tahu karena Lee Chang-dong memang dengan sengaja membuat seluruh petunjuk itu ambigu. Semakin menarik, bahwa ia juga menjadikan Jong-su sebagai protagonis dimana seluruh perspektif kita didasarkan olehnya, bukanlah seorang saksi mata yang ekspresif, sehingga kita bahkan sulit untuk mendapatkan kesimpulan dari semua tindakannya atau apa yang sebenarnya ia pikirkan.
Dunia itu adalah sebuah misteri, dan perspektif dalam menguraikan misteri itu yang membuat kita "merasa benar". Dalam Burning, ketika Jong-su menusuk Ben, ia telah membangun perspektif yang ia percayai benar. Ia telah membaca petunjuk yang ia temukan, merangkainya, lalu memutuskan "kebenaran" yang menjelaskan misteri tentang apa yang sebenarnya terjadi. Terlepas dari entah apakah ia benar atau tidak.
Yang menarik juga untuk dibahas dari Burning adalah studi tentang ketiga karakter utamanya. Sebagian orang akan menyebut Burning sebagai sebuah cinta segitiga dengan tiga manusia yang berbeda di dalamnya. Jong-su mungkin mewakili sebagian besar dari kita (kebanyakan dari kita lebih suka menilai diri kita sebagai orang yang bernasib malang daripada orang yang beruntung). Ia tidak punya uang, tinggal di daerah desa yang miskin, keluarganya bermasalah (ayahnya punya anger management issue dan terancam dipenjara), ibunya meninggalkannya, dan ia tidak benar-benar tahu atau cukup percaya diri dengan apa yang harus ia lakukan dalam hidupnya.
Di satu sisi Ben mewakili sosok sempurna yang berkebalikan dari Jongsu: ia tinggal di distrik orang kaya, mobilnya porsche, ia tampak kharismatik, ber-DNA bagus, pandai memasak, punya banyak teman, walau kita tidak benar-benar tahu apa pekerjaannya sehingga bisa sekaya itu. Dalam salah satu dialog ketika Jong-su menanyakan pekerjaannya, Ben bilang kalau ia "bermain"/"play". Saya pikir ini merujuk ke privilege anak-anak orang kaya, yang bisa mengejar passion & hobinya ("play") namun tetap bisa hidup makmur dan sejahtera. Oh ya, mengejar passion adalah cita-cita anak orang berkecukupan yang tidak punya tanggung jawab memikirkan ekonomi keluarganya, dan punya jaring pengaman jikalau passionnya pada akhirnya tidak mencukupi hidupnya.
Sementara itu, ada sosok Hae-mi. Hidupnya sebenarnya sama sengsaranya dengan Jong-su, namun ia satu-satunya dari ketiga karakter film ini yang mengejar sesuatu yang lain: Great Hunger. Ia satu-satunya karakter yang tengah mencari makna hidup (eksistensialisme). Ia pergi ke Afrika, menyaksikan matahari terbenam, dan merasa sedih dan terbebani dengan eksistensi diri. Di Paju saat bersama Jong-su dan Ben, ia melihat matahari terbenam lagi, ia melepaskan bajunya seraya menari dengan lepas. Bagi Hae-mi, ini adalah ekspresi kebebasan dirinya. Namun sayangnya ia terjebak pada persaingan maskulinitas Jong-su dan Ben, sehingga bagi Jong-su, Hae-mi yang menari dengan bebas sambil melepas baju di depan laki-laki tak lebih dari seorang "pelacur". Hae-mi adalah seorang subyek, namun di tengah persaingan Jong-su vs Ben, dirinya sekedar obyek yang diperebutkan keduanya.
Dalam banyak interviewnya, Lee Chang-dong berulang kali mengungkapkan bahwa baginya film Burning adalah sebuah metafora akan rage (kemarahan). Setidaknya, itu yang ia tangkap dari cerpen Murakami, atau cerita berjudul sama (Barn Burning) karangan William Faulkner yang menginspirasi Murakami. Lee Chang-dong merasa bahwa dunia bisa jadi makin sophisticated dan makin nyaman, namun di balik itu semua sebenarnya ada ketidakberesan, dan semua orang menyadarinya. Semua orang menyimpan amarah dalam dirinya, entah karena persoalan agama, kelas, atau kultur - dan menurut Lee Chang-dong ini merupakan sebuah fenomena universal.
Lee Chang-dong sendiri tampaknya menyimbolkan kemarahan itu berkulminasi pada diri Jong-su. Dunia adalah misteri dan kita tidak benar-benar tahu bagaimana dunia ini bekerja (contohnya bahwa begitu banyak pengangguran atau bahwa Donald Trump bisa terpilih sebagai presiden Amerika Serikat). Mungkin kita berusaha mereka-reka tentang apa yang sesungguhnya terjadi, dan kenapa, tapi kita tidak akan benar-benar bisa tahu dan seluruh misteri ini membuat kita frustasi. Jong-su menyimbolkan itu: ia adalah pemuda bernasib sial dalam dunia kapitalistik seperti saat ini. Di sisi lain kita melihat Ben sebagai simbol kapitalis yang nyaris memiliki segalanya: mulai dari rumah mewah, mobil mahal, ketampanan, hingga kepercayaan diri (dalam banyak kesempatan ia seolah-olah berpikir dirinya Tuhan)...
Sepanjang film kita mungkin akan dibuat bertanya-tanya tentang siapa Ben sebenarnya. Namun, pada saat akhir, saat Jong-su menusuk Ben hingga mampus, kita akan mempertanyakan hal yang berbeda: siapa Jong-su sebenarnya? Apakah ia adalah orang yang menyimpan amarah dan tidak punya kendali menguasai amarahnya seperti ayahnya?
Tapi... ngomong-ngomong, saya sendiri sebenarnya kesulitan menghubungkan metafora di atas dengan keseluruhan film Burning (atau saya aja yang ga bisa menangkap itu). Saya lebih menangkap maksud Burning sebagai sebuah film thriller yang ambigu.
Lee Chang-dong sendiri tampaknya menyimbolkan kemarahan itu berkulminasi pada diri Jong-su. Dunia adalah misteri dan kita tidak benar-benar tahu bagaimana dunia ini bekerja (contohnya bahwa begitu banyak pengangguran atau bahwa Donald Trump bisa terpilih sebagai presiden Amerika Serikat). Mungkin kita berusaha mereka-reka tentang apa yang sesungguhnya terjadi, dan kenapa, tapi kita tidak akan benar-benar bisa tahu dan seluruh misteri ini membuat kita frustasi. Jong-su menyimbolkan itu: ia adalah pemuda bernasib sial dalam dunia kapitalistik seperti saat ini. Di sisi lain kita melihat Ben sebagai simbol kapitalis yang nyaris memiliki segalanya: mulai dari rumah mewah, mobil mahal, ketampanan, hingga kepercayaan diri (dalam banyak kesempatan ia seolah-olah berpikir dirinya Tuhan)...
Sepanjang film kita mungkin akan dibuat bertanya-tanya tentang siapa Ben sebenarnya. Namun, pada saat akhir, saat Jong-su menusuk Ben hingga mampus, kita akan mempertanyakan hal yang berbeda: siapa Jong-su sebenarnya? Apakah ia adalah orang yang menyimpan amarah dan tidak punya kendali menguasai amarahnya seperti ayahnya?
Tapi... ngomong-ngomong, saya sendiri sebenarnya kesulitan menghubungkan metafora di atas dengan keseluruhan film Burning (atau saya aja yang ga bisa menangkap itu). Saya lebih menangkap maksud Burning sebagai sebuah film thriller yang ambigu.
MY THEORY
Mengenai apa yang sebenarnya terjadi di film Burning, saya punya teori sendiri. Pertama, tentang apakah Ben adalah psikopat atau bukan, saya tidak tahu pasti, dan menurut saya bukan itu inti film ini. Saya merasa keindahan film ini adalah misterinya itu sendiri, bukan jawaban misteri itu. Kita memang disuguhi beberapa fakta yang mendukung teori Ben adalah seorang serial killer: ia tidak pernah menangis (ciri psikopat), ia punya hobi membakar green house terlantar (dan green house terlantar ini bisa jadi adalah sebuah metafora untuk orang yang tidak berguna), ia punya koleksi aksesoris wanita di dalam kamar mandinya ( mungkin itu adalah "souvenir" dari korban yang dibunuhnya), dan tiba-tiba saya ia punya kucing yang datang saat dipanggil Boil (nama kucing Hae-mi). Tapi semua fakta itu adalah bukti samar yang lemah. Ia bisa saja berbohong saat bilang ia tidak pernah menangis (biar dibilang macho), ia bisa saja cuma punya hobi ngebakar green house (dan green house bukanlah metafor), koleksi aksesori wanita di dalam kamar mandinya bisa saja cuma barang ketinggalan dari cewek-cewek yang dikencaninya (atau ia klepto), dan kucing yang dipeliharanya belum tentu kucing Hae-mi (toh Jong-su tidak pernah melihat kucing Hae-mi, dan agak aneh ketika dipanggil Boil saat di kamar Hae-mi kucing itu tidak nongol). Jadi, saya lebih suka mengambil kesimpulan bahwa Ben, tetaplah misteri.
Namun, Jong-su telah mengambil kesimpulannya sendiri saat ia menusuk Ben. Jong-su, adalah seorang penulis yang sebelumnya tidak tahu harus menulis apa. Sebagai penulis ia punya kepekaan untuk mengamati hal-hal menarik di sekitarnya, dan salah satu misteri di matanya adalah Ben. Maka, tampaknya perlahan ia menyimpulkan bahwa Ben adalah seorang pembunuh yang membunuh Hae-mi. Tapi berikutnya yang menarik untuk dibahas... apakah peristiwa penusukan ini benar atau cuma terjadi di kepala Jong-su? Nah, menurut saya ini cuma terjadi di kepala Jong-su.
Perhatikan sebelum adegan Jong-su menusuk Ben, tampak Jong-su sedang mengetik sesuatu di laptopnya di kamar Hae-mi. Mungkin ia akhirnya mempunyai bahan cerita untuk tulisannya. Lalu perlahan kamera menyorot adegan ini dari luar jendela kamar Hae-mi, kemudian kamera bergerak menjauh pelan-pelan memperlihatkan gedung apartemen Hae-mi. Dan untuk pertama kalinya sepanjang film, kamera menyorot adegan dimana Jong-su tidak ada di dalamnya: saat Ben bercermin di kamar mandi, memasang contact lens, mengambil kotak rias lalu merias seorang perempuan cantik dan tiba-tiba handphone-nya berdering. Menurut saya adegan ini aneh karena sepanjang film kita selalu mengikuti Jong-su kemana saja ia pergi. Saya pun menyimpulkan bahwa adegan ini hanyalah adegan di kepala Jong-su, termasuk adegan berikutnya kala ia menusuk Ben... Maka mungkin ini adalah sekedar bagian dari akhir cerita yang ia tulis.
...
Gimana menurutmu? Apakah kamu punya teori tersendiri?
...
Gimana menurutmu? Apakah kamu punya teori tersendiri?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusFilm yg aneh, tp membaca teorimu sepertinya masuk akal.
BalasHapusPengen nonton ulang tp filmnya sdh keburu sy hapus sejak pertama kali menonton saking membingungkannya ini film hahaha.
Btw. Sudah nonton The Wailing mbak?
Ada niat review film Joker gak?
BalasHapusTelat juga gak apa2😅
Film burning berhasil membuat saya susah tidur.. Karena ke-ambigu-annya hahaha. ..
BalasHapusawalnya saya suka film ini, kayaknya bakal mirip a copy of my mind nya joko anwar, tapi seiring plot berjalan, wah asli saya bingung 😆. btw, tulisannya keren 🔥
BalasHapusGak kuat nonton saking bosannya
BalasHapusHhmmm.. Apa mungkin ad kelanjutan the burning ya ?
BalasHapusTpi memang benar sesuai judulnya ' Burning'
Kalo menurut ane gan,
BalasHapusFilm ini gambarkan apa2 yg bisa membakar didunia ini, seperti harta dan permasalahn jong-su, hae-mi sebagai wanita didunia & ben yg memiliki tahta sebagai org yg kaya, semua itu adalah permasalahan manusia yg ada didunia yg diibaratkan sebuah bahan bakar yg dapat menghasilkan api yg besar, itu inti dari judul film ini, di adegan akhir jong-su membunuh ben seolah2 tergambar puncaknya api yg membesar. Saat menonton film ini juga kita seolah2 sedang membakar sesuatu sambil diberikan bahn bakar seperti kayu atau plastik yg semakin lama semakin membesar
Aku kok mikirnya bisnisnya Ben itu mucikari gitu yaaa
BalasHapussoalnya kan ada cewek setelah Hae mi yg alurnya tuh hampir sama kayak Hae mi dulu sebelum ngilang. Terus cewek itu jg dimake up sama ben di akhir film. Mungkin Ben itu mucikari kalo gak gitu y psycho sex gt
Baru selesai nonton. Nonton 30 menit pertama berhenti karena membosankan. Dan break selama 5 hari. Dan saya menyesal telah menyelesaikan film ini, ambigu sangat :" betul kata admin setelah nonton filmnya, harus mencari referensi lebih lanjut untuk kejelasan filmnya. Sama seperti yg saya lakukan saat ini. Terimakasih untuk hipotensi nya min. Sangat membantu menenangkan pikiran :)
BalasHapusPikir simple aja
BalasHapusHaemi di bawa ben ke rumahnya bersama kucingnya.
Ben hanya suka melihat cowok terbakar cemburu.
Haemi di bunuh dan di buang di danau yg jongsu buntutin.
Jam dan kucing menguatkan semuanya. Jongsu menulisnya menjadi cerita dan membuat endingnya yaitu membunuh dan membakar ben.
Kalau tidak melakukan apa2 tentu ben menyangkal semuanya di awal tusukan.
BalasHapusBaru kelar nonton, over rall seperti film black butterfly. Semua kejadian adalah gambaran yang ada di pikiran si penulis...
Mungkin saya adalah orang yang paling telat menonton film ini :b karna saya baru menyelesaikan malam ini.
BalasHapusLalu Saya sudah yakin bahwa banyak yg berfikir sama tentang film ini "membosankan dan sangat ambiguserta menyimpan banyak misteri" tapi ya sudahlah tetap ada hikmah atau pelajaran yang bisa dipetik :)))
Terimakasih kepada admin sudah memberikan ulasan terkait film ini ��
Alur filmnya agak lambat dan hanya bisa dinikmati sebagian orang saja. Saat menonton film ini, saya mengharapkan klimaks di mana semua kebenaran akan terungkap, tapi ternyata ekspektasi saya terlalu tinggi karena film ini berakhir dengan rasa penasaran. Saya membayangkan ada film lanjutan berupa behind the scene yang bisa menjelaskan misteri di film ini. Film ini cukup membekas di hati saya karena entah kenapa masih terngiang-ngiang di kepala saya sampai malam harinya. Ada beberapa plot scene seperti mencari kebenaran tentang keberadaan sumur, dan kemunculan kembali ibu Jonsu setelah 17 tahun dengan cara yang agak aneh yang saya tidak bisa menemukan untuk apa scene-scene itu ditunjukkan. Tapi yang pasti film ini punya keunikan tersendiri dengan suasananya dan film ini membuat saya berpikir sangat keras..^^ thx Niken untuk reviewnya, bagus sekali
BalasHapusBaru selesai nonton, Bener menurut saya sih Ben kalo ga mucikari ya pembunuh.
BalasHapusMenurut pandangan saya ya,
Film ini di setiap adegan mengandung ke absurd an.
Dari pertama Jonsu ketemu Haemi, mulai dari tingkah Haemi yang niruin pantomim.
Saya paling bingung itu pas adegan cerita sumur, 2 orang bilang kalo gada sumur, dan ibu jonsu bilang kalo ada sumur kering, nah ini yg bikin bingung.
Saya setuju kalo "Green House" itu metafora Orang yg ga guna,
Saya juga yakin itu kucing haemi. Ben ambil biar Gaada jejak di rumah Haemi.
Terus adegan Haemi telfon Jonsu itu yg bikin penasaran antara dibawa orang buat dijual (karena ada suara kendaraan & orang) atau dibunuh Ben dengan cara dibuang ke danau tempat jonsu mergokin Ben.
Saya yang ga tau sama sekali itu malah peran Temen" Ben, antara "Penghobi"/hanya sebatas teman.
Sungguh film yang bikin bingung baru ini nonton film misteri tp tetep misteri walaupun filmnya udh abis skalipun, kerenn si pendapat dan teori anda saya mulai mengerti dan berfkir msuk akal
BalasHapusMudah2an ada Burning 2 atau apapun judulnya yg pnting lanjutan film ini , sukses trus minn
kalau menurut aku, 'green house' itu istilah buat para cewe yg jad korbannya ben. ben blg hobinya bakar green house tiap 2 bln skli, dn waktu 2 bln utk bakar lg itu tepat saat ben dn haemi main ke rumahnya jongsu. terus waktu jongsu nanya perihal 'bakar green house' ke ben, kata ben dia udh bakar 'green house' 2 hari stlah plg dari rumah jongsu dn green house yg dibakar dekat dgn rumah jongsu sdgkan jongsu udh nyari2 tp ga ktmu green house mana yg dimaksud. menurut ku, haemi dibunuh ben alias ben itu psycho dn dia membunuh korbannya dgn cara dibakar. hmm, sgt dibikin penasaran.
BalasHapusManurut gw kayanya semua cerita film ini adalah kisah tulisannya si jongsu haha.. jd cuma karya tulisannya aj sebagai penulis cerita fiktif, dia berimajinasi a-z.. ttg bapaknya, ttg emaknya, ttg heli ttg Ben.. mungkin sebenernya s jongsu ini emang bener nyata ketemu org2 ini.. tp semua kisah2nya itu semua ttg cerita dia. Ya anamanya jg penulis kan pasti penuh dg imajinasi,, atau ini film ttg kepribadian ganda ? 😅
BalasHapusFilm ini bikin kesel..pas terakhir tau2 tamat...misteri jg...di tunggu burning 2 nya
BalasHapusMana berikutnyaaa
BalasHapusNonton film ini serius...tp terakhirnya....kenapa bikin bingung gak jelaass
BalasHapusNih hanya sekedar teori ku saja tanpa ada maksud menyinggung pihak manapun , ada 4 dialog yg nyambung
BalasHapus1. Pas awal" haemi dan jongsu ketemu dan ngerokok berdua haemi bilang dia sekarang cantik karna operasi plastik.
2. Si ben bilang hobby nya adlh membakar rumah plastik yg terlantar .
3.ada adegan saat si ben sm si cewe cantik mau masuk ke mobil trs si jeongsu nanya apa ben dpt kabar tntg haemi ,lalu ben jawab dia jg gak dapet kabar dan haemi orang miskin alias terlantar hilang bagai asap .
4.Saat jeongsu nanya knp rumah plastik di dkt rumah nya gak jd terbakar, lalu ben jawab kalo dia udah membakarnya dan jeongsu ga bisa lihat karna rumah itu terlalu dekat dan nunjuk ke dada alias hati.
5.adegan dimana si jeonsu sadar kalo haemi di bakar makanya dia bales dendam dgn membakar si ben.
Kesimpulan nya MUNGKIN ya ini MUNGKIN hanya teori dr seorang penonton yg di suguhkan film tanpa klimaks yg arti nya si pembuat film memang membebaskan penonton berekspetasi sesuai kemaun masing" ,menurut sy mungkin si ben seseorang yg punya kelainan benci sm orang yg operasi plastik dan akhirnya membunuh si haemi.
Ah entahlah hanya teori.
Binggung sekaligus penasaran sama endingnya yg ambigu gtu, sangking penasarannya sampai searcing film ini. Thanks you ka reviewnya aku ckup setuju si sma teorinya, dn kalau itu betul sayang bgt kalau gk ada part 2 nya
BalasHapusSatu lg yg bikin penasaran saat ben pakein lipstik ke salah satu cewe kok gk dibahas, itu dia sebenarnya agak melambai atau kerja sampingannya MUA si😅
BalasHapusMenurut saya bukti untuk menguatkan bahwa si ben pembunuh haemi adalah pada saat mereka sedang teler ganja di rumah jongsu. Ben mengatakan rumahnya yg hendak ia bakar sangat dekat, ya 'sangat dekat' "merujuk ke haemi yg sedang tertidur pada saat itu. Mungkin
BalasHapusKenapa ben selalu nguap? Btw, kenapa juga aku nonton film ini? Cuz, I see glenn (steven yeun) I click.
BalasHapusIkut kasih pendapat.. mgkin yang di maksud ben memabakar rumah plastik itu hanya metafora.. yang di maksud ben sebenernya plastik itu adalah wanita yg suka oplas .. makanya ben suka membunuh wanita yg suka oplas.. trmasuk haemi. namanya jg psikopat..ben prnah bilang ke jongsu bhwa dia mau membakar rumah plastik yg ada di dekatnya bahkan sangat dekat..trnyata adlah haemi yg dimksd sangat dekat. mkanya jongsu gak ketemu2 nyari rumah plastik yg mau dibkar ben, dan danau yg sering ben kunjungi itu mgkin tmpat pembuangan mayat yg udah dibunuhnya,, tpi entahlah...
BalasHapusAku juga kepikiran, Haemi kan katanya pernah operasi plastik, nah kebetulan si Ben pekerjaannya adalah bermin, apa Haemi dan cewek lainnya ini di umpamakan boneka barbie? soalnya Ben dan temen temennya selalu ngundang satu cewek untuk ngehibur mereka dengan cerita pengalaman traveling si cewek yang kebetulan ketemu Ben pas Ben ke luar negeri, Ben ini mengoleksi cewek tersebut buat di dandanin, trus ngehibur Ben dan temen temennya, dan kalo bosen ceweknya dibuang atau entah dibakar gitu, trus si Ben juga mengoleksi barang barang dari korbannya. Dan yang menguatkan jika si Ben ini psikopat, soalnya pas ngomong di cafe bertiga, waktu Ben ngeramal Haemi bilang kalo Haemi selalu ada masalah di hidupnya, dan Ben akan mengatasinya, kayaknya psikopat tuh gamau ngeliat orang ada masalah, dan memilih nge bunuh biar masalahnya ilang, *maap pikiranku masih cetek apalagi filmnya tentang metafora terus :), Btw mungkin Jongsu bagian dari emosi penulis/sutradara, maap ini cuma pemikiranku :)
BalasHapusFilm yang sangat menarik, dengan semua hipotesis2 mengenai misteri di dalamnya. Mungkin pembuat film/penulis ingin kita menafsirkan semuanya sendiri dengan background orang2 yg menonton yg beda tentu akan banyak tafsiran yang memperkaya film itu sendiri.
BalasHapusMenurut gua si film ini overhype. Banyak sklai scene yg tidak punya tujuan. Nyesal abisin wktu 2,5 j ahaha
BalasHapusNontonnya emang capek sih, tapi jangan nyesel :D
HapusMenurutku sendiri Burning ini interpretasi yang menarik dari karya Murakami, soalnya stauku sih tulisan Murakami itu juga lambaaaaaatt banget, jadi film ini kurang lebih punya ruh yang sama haha.
Dan, ya, menariknya Burning ada pada seluruh ambiguitasnya. Ini mystery-thriller, tapi kamu ga dikasih solusinya.
Aku baru selese nontonnya dan emang bingung abis, wkwk, penuh keambiguan. Akhirnya aku google deh buat nyari info maksud dr film ini apa. Makasih author udah mencerahkan kebingunganku wkwk. Tapi emang ini film ngasih penontonnya kebebasan buat bikin interpretasi masing2 atas keambiguannya.
BalasHapusKlau menurutku, kalau di lihat dari profesinya si Ben ini ga jelas, bisa sekaya itu, jadi aku mengambil kesimpulan dia dan teman2 nya adalah sindikat penjual organ manusia, dan mreka mencari mangsa seseorang yang tidak dibutuhkan lagi di keluargannya, atau yang lari dari keluarganya, setiap wanita akan terpikat dengan ketampanan, dan kemapan Ben, jadi hal itu dimanfaatkan nya untuk memikat wanita, dia berkata kepada jeongsu bahwa dia cemburu hanya alasan untuk meninggalkan Haemi, dan Jeongsu akhirnya mengambil kesimpulan apa yang dikatakan Haemi adalah benar pertama saat bertemu dengan ibunya bahwa ada sumur kering di rumah haemi dan ada kucing yang dimiliki haemi bernama Boil dan kucing itu mendekat saat dipangil jeongsu, ada jam tangan haemi di rumah Ben, Jeongsu mengambil kesimpulan kalau ben sudah mengabisi Haemi, karen di mempercayai haemi slalu mengabarinya, sekalipun dia berpergian jauh, saat kerumah Haemi, semua barang2 nya ada termasuk tas travel Haemi, sesuai judulnya Burnning, akhir cerita jeongsu benar2 membakar Ben.
BalasHapuswell, maybe after all this movie tells us about life; kebohongan, harga diri, rasa iri, malu. Setiap harinya ada banyak kebohongan di sekitar kita yang digambarkan lewat kejadian di film ini. Mungkin haemi bohong soal sumur itu karna meminta simpati, atau keluarga haemi bohong karna malu dan menutup-nutupi, bisa jadi ibunya jongsu yang berbohong dengan mengiyakan soal sumur itu supaya jongsu tidak bertanya lebih lanjut.
BalasHapusJadi, walaupun absurd saya tetep nonton film ini sampai akhir ada ada sesuatu yang terasa relatable.
awalnya saya percaya klu kesimpulannya jonsu bahwa ben yg ngebunuh hemi. Tapi stlh baca review ini saya jadi ragu dan ada betulnya jg. Apalagi hemi jg cwk bermasalah dan sulit ditebak.
BalasHapusGw punya onpopular opinion. Meskipun ujung-ujung nya mengarah ke Ben yg jadi psikopatnya.
BalasHapusHaemi sengaja disuruh Ben buat deketin Jong su. Dengan imbalan, Haemi dibiayain oplas. Kayaknya agak klise kalo cuman kerja jadi sales hore-hore toko bisa oplas & bisa jalan-jalan ke Afrika selama 2 Minggu.
Ben seneng melakukan hal semacem ini, mempermainkan seseorang. Karena di salah satu dialog, pas ditanya pekerjaan Ben, doi cuma jawab dia "bermain". Yang mana secara harafiah, dia suka memainkan perasaan seseorang.
Metafora rumah plastik yang nggak kepake & udh nggak digunakan, merujuk kepada org yg gak berguna, gak punya tujuan jelas.
Kalo diliat lagi, ada scene yang nampilin Ben lagi ngerias seorang perempuan. Itu merujuk ke "kerjaan" Ben yang hobinya mainin perasaan orang, dengan perantara seorang perempuan.
Jongsu sadar, bahwa dia sedang dipermainkan sama Ben. Itu yang jadi inspirasinya buat nulis buku fiksi dia. Sedangkan, ending dari film, dimana Ben ditusuk & dibakar oleh Jongsu, itu menyiratkan emosi Jongsu yang dibakar oleh Ben, karena menghadirkan perempuan, lalu menghilangkannya begitu saja dari kehidupan Jongsu.
Sok kalo ada pendapat lain, di diskusikan.
Gara2 film ini, gw nyari2 jawabannya😂, eh ternyata ada disini, thx analisanya
BalasHapusFilm yang bikin penontonnya berfilsafat dan pusinh sendiri.. pantesan dapat banyak penghargaan bergengsi.
BalasHapusBanyak juga yg komen
BalasHapusMenurutkuku ya, hubungan antara ; (metafora, membakar green house).
BalasHapusBen bilang saya sudah membakar green house kepada Jeong su yang dekat dgn Jeong su tapi tapi tidak bisa dilihat karena ga ada bukti jejaknya. Mungkin membakar "green house" adalah sebuah metafora " telah membakar haemi"
Filmnya terlalu slowmo maka saya buat 1,25 kali cepat. And betul akhr dr film ini.. Oiiii si Haemi kamanaaaaaaaaaaaaa....
BalasHapuswkwk iya jg kan? mencari cari dia
HapusFirst time nonton film kaya begini, lumayan membagongkan tapi disisi lain cukup seru
BalasHapusi like how you arrange those words and make the story make more sense
BalasHapus