"I am different. I'm free. All that useless pain, it's gone. It's something anyone can have, Will, and I want you to have it too,"
RottenTomatoes: 88% | IMDb: 6,6/10 | Metascore: 74/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated: R
Genre: Mystery & suspense
Directed by Karyn Kusama ; Produced by
Phil Hay, Matt Manfredi, Martha Griffin, Nick Spicer ; Written by
Phil Hay, Matt Manfredi ; Starring
Logan Marshall-Green, Tammy Blanchard, Michiel Huisman, Emayatzy Corinealdi, Lindsay Burdge, Mike Doyle, Jay Larson, John Carroll Lynch ; Music by Theodore Shapiro ; Cinematography Bobby Shore ; Edited by Plummy Tucker ; Production
company
Gamechanger Films, Lege Artis, XYZ Films ; Distributed by Drafthouse Films ; Release dates
March 13, 2015 (SXSW), April 8, 2016 (United States) ; Running time
99 minutes ; Country United States ; Language English
Story / Cerita / Sinopsis:
Will (Logan Marshall-Green) dan kekasihnya Kira (Emayatzy Corinealdi) memutuskan untuk datang ke undangan pesta kecil yang diselenggarakan oleh mantan istri Will, Eden (Tammy Blanchard) dan suami barunya, David (Michiel Huisman). Di pesta itu, Will merasa ada sesuatu yang aneh. Apakah ia hanya sedang paranoid, atau memang ada sesuatu yang tidak beres yang tengah terjadi?
Resensi / Review:
Belakangan saya menyadari bahwa genre mystery, suspense dan thriller adalah salah satu genre favorit saya. Ternyata saya suka dibikin parno, dibikin ketakutan, dan dibikin kaget dengan twist yang menunggu di akhir film. The Invitation (2016) boleh jadi kurang populer, tapi sayang sekali jika kamu untuk melewatkan The Invitation, because you know what? It's soooooooo good, terutama untuk pecinta film-film suspense macam saya ini. Disutradarai oleh Karyn Kusama (Jennifer's Body) dan naskahnya dikerjakan oleh suami Karyn Kusama, Phil Hay dan Matt Manfredi, The Invitation akan membawa kita mendatangi sebuah pesta yang terasa janggal. Tidak hanya berkat visual sinematografinya yang bernuansa remang-remang bikin sakit mata dan sentuhan scoring music-nya yang creepy, namun juga Kusama harus diakui cukup ahli dalam membangun tensi The Invitation menjadi slow-building thriller yang efektif.
The Invitation berawal dari Will (Logan Marshall-Green) dan kekasihnya, Kira (Emayatzy Corinealdi) yang datang ke undangan pesta kecil-kecilan yang diadakan oleh mantan istri Will, Eden (Tammy Blanchard) dan suami barunya, David (Michiel Huisman). Di pesta itu, sudah menunggu teman-teman lama Will dan Eden, juga dua tamu lain teman David. Rupanya, Will dan Eden ini punya masa lalu yang berat - yang membuat Will jadi pemurung dan paranoid, namun sebaliknya Eden justru bisa tampil elegan dan tenang, yang mengingatkan saya dengan pesona keanggunan Galadriel, ratu Elf yang diperankan Cate Blancett di seri Lord Of The Rings, tapi versi serem-nya. David kemudian merasa curiga dengan segala hal yang ada di pesta itu: sikap aneh istri dan suami barunya, serta sikap aneh dua orang asing teman David yang juga ikutan datang ke pesta. The Invitation dengan cerdas berhasil membuat kita jadi sama parnonya dengan Will, namun selalu di balik kecurigaan Will ada penjelasan masuk akal yang membantah kecurigaan Will - membuat kita bertanya-tanya apakah Will ini yang sebenarnya schizoprenic dan berbahaya?
Perlu diketahui bahwa The Invitation adalah sebuah film psychological thriller yang cenderung lambat, hampir tiga perempat bagiannya cuma berkisar adegan Will yang paranoid dan curiga melulu. Tapi, justru di sinilah The Invitation bekerja dengan maksimal dan efektif, dengan kemudian mengantarkan kita kepada adegan klimaks yang mendebarkan di bagian akhirnya. Buat sebagian orang tempo lambat ini mungkin agak menjengkelkan, but for me it's the best part! I mean, this private party seems fun and delightful, but we sure that there is something wrong, and we don't know what it is. Kita bisa setuju dengan Will, bahwa pesta ini terasa canggung, janggal, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Mulai dari sikap Eden yang suka tersenyum tapi senyumnya aneh, Sadie -salah satu tamu David - yang sexually seductive, juga Pruitt -tamu David satu lagi- yang tiba-tiba bikin pengakuan kontroversi. Harus diakui juga, bahwa keefektifan The Invitation sebagai slow-burn thriller dikonstruksi lewat ambience-nya, lewat sinematografi dan scoring-nya. Melalui sinematografinya, terutama melalui teknik lighting-nya yang remang-remang dan tone kekuning-kuningan, kita dibikin terasa makin "terjebak" pada suasana pesta yang terasa tidak nyaman. Dan saya cukup mengagumi scoring music-nya (dikerjakan Theodore Shapiro) yang semakin menciptakan suasana semakin creepy, intens, dan penuh teror.
The Invitation tidak hanya sekedar sebuah film suspense tanpa pesan, namun ada tema yang melingkupinya, yang membuat kita kemudian bisa terseret emosional kepada permasalahan karakter-karakternya. The Invitation mengajarkan kita tentang kehilangan, dan mungkin juga tentang kematian. Simak percakapan antara Will dan Kira pada salah satu adegannya: bahwa "moving forward" bukanlah berkhianat terhadap orang yang sudah meninggalkan kita. Apapun itu, kehilangan menimbulkan luka yang tidak terobati bagi setiap manusia - dan jelas Eden dan Will menempuh jalur yang berbeda. Ada opening scene sebelum judul muncul di layar, sekilas adegan ini seperti tidak nyambung dengan keseluruhan cerita, namun ini menjadi semacam clue tentang yang akan terjadi nantinya (hint: mercy killing).
Overview:
Perhaps it's not really original, and slow-burn thriller obviously is not for everyone, but still The Invitation is a good movie. The less you know is better, dan saya berusaha untuk menyimpan spoiler sebaik mungkin melalui review di atas. The Invitation sukses mengajakmu untuk mendatangi pesta paling creepy yang pernah ada - creepy karena semuanya terasa normal tapi juga sekaligus terasa tidak wajar dan nggak beres. Sisi sinematografi dan scoring mendukung kesan ketidaknyamanan yang diperlukan, Karyn Kusama sukses membawakan The Invitation menjadi psychological terror yang intens, dan sedikit pesan moral mengenai bagaimana menghadapi kehilangan seseorang yang kita cintai. You better not come when they invite you...
ga begitu seru menurutku
BalasHapusapa karena aku ga suka tipe2 film keq gni @_@
Streaming Eye in the Sky (2016) BluRay
Nih film sumpah dibikin mati penasaran kyk Will sepanjang pesta "terselubung" berlangsung. Twistnya cukup bikin shock,11-12 kyk Rosemary's Baby (1968), Tokoh yg paling saya benci adalah si Saddie, cewek jelek sok seksi & sinting.
BalasHapusKlo mba niken sdh menyukai thriller-suspense dan mau aura suspense-thriller yg juga nendang, coba Misery (1990), adaptasi dr Stephen King dr sutradara Rob Reiner (klo mba sdh suka dgn When Harry Meet Sally, pasti suka dgn signature style Rob Reiner yg Ini) ��
BalasHapusOh yaa.. Misery masuk daftar list yang belum saya tonton. Thanks for the suggestion!
HapusMinta saran dong film susspense yang bagus hehe
BalasHapusHai Niken. Saya nominasikan blog kamu untuk Sunshine Blogger Awards 2016: http://blenkilustrator.blogspot.co.id/2016/09/the-sunshine-blogger-awards-2016.html
BalasHapusSilahkan kunjungi postnya. Good luck.
Regards, Blenk
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussaya malah anti klimaks ya nonton film ini
BalasHapusga ada alesan yang jelas kenapa harus dibunuh?
apa kaitannya lampu merah?
kenal dari mana temannya david?
efek nonton coherence jadi kurang puas nonton ini
hehe
Alasannya karena kematian mengakhiri segala penderitaan di dunia. Inget bagian openingnya kan yang seolah-olah ga nyambung dengan filmnya? It's like mercy killing: membunuh dengan tujuan untuk mengakhiri penderitaan si rusa yang kesakitan karena tertabrak. Dan itu poin utama sekte sesat si Eden: mengakhiri penderitaan dengan bunuh diri.
HapusYeay jadi spoiler haha. Jadi Eden yang tetep jahat ya?
HapusMau tanya dong, kenapa eden sm david mau bunuh teman"nya juga?
BalasHapusKan emang tujuannya ingin mati bareng-bareng
HapusMau tanya dong arti dari lampu merah ny itu apa ya ?
BalasHapusApa donk arti dari lampu merah di film ini??
BalasHapusAku menyaksikan belum usai, di MCine Channel, tapi membaca uraian di atas sudah agak jelas
BalasHapusKalo menurut ane lampuerah ini ngelambanhin bahwa ritualnya sedang berjalan yang mana lampu merah itu menandakan bunuh diri di lokasi tersebut
BalasHapushm kalau menurut aku lampu merah itu menandakan kalau kejadian tsb bukan cuma di tempat Eden aja mksdnya org2 di komplek itu emg termasuk sekte yng sama kek Eden apalagi pas bagian akhirnya kek ada org teriak teriak gtu.
HapusMba niken punya akun ig kusus review film ?
BalasHapus