Snowpiercer (2013) (5/5)



"Know your place. Keep your place. Be a shoe," 

RottenTomatoes: 95% | IMDb: 7/10 | Metascore: 8.1/10 | NikenBicaraFilm: 5/5

Rated: R
Genre: Action & Adventure, Science-Fiction

Directed by Bong Joon-ho ; Produced by Park Chan-wook, Lee Tae-hun, Jeong Tae-sung, Steven Nam ; Screenplay by Bong Joon-ho, Kelly Masterson ; Based on Le Transperceneige by Jacques Lob, Jean-Marc Rochette ; Starring Chris Evans, Song Kang-ho, Tilda Swinton, Jamie Bell, Octavia Spencer, Ewen Bremner, Go Ah-sung, John Hurt, Ed Harris ; Music by Marco Beltrami ; Cinematography Hong Kyung-pyo ; Edited by Steve M. Choe, Changju Kim ; Production companies Moho Films, Opus Pictures, Stillking Films, CJ Entertainment ; Distributed by CJ Entertainment (Korean), The Weinstein Company (U.S) ; Release dates 1 August 2013 (South Korea), 27 June 2014 (U.S) ; Running time 126 minutes ; Country South Korea ; Language English Korean ; Budget $40 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Di dunia masa depan, Bumi harus mengalami perubahan iklim maha dahsyat yang membunuh hampir semua manusia di dunia. Sedikit dari yang selamat hidup di sebuah kereta panjang yang berjalan terus menerus dan disebut Snowpiercer, dimana kelas sosial antara yang miskin dan kaya tercipta. Curtis Everett (Chris Evans) berusaha melakukan pemberontakan akibat ketidakadilan yang terjadi.

Review / Resensi :
Harus diakui, bahwa industri kreatif Korea Selatan belakangan ini memang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tidak melulu naik daun melalui K-popnya (entah kamu suka atau muak, tapi harus diakui pengaruh K-pop ini luar biasa - saya aja jadi korban), namun juga industri film Korea Selatan mampu menghadirkan karya-karya yang berkualitas. Saya sendiri memang masih belum sangat familiar dengan film-film Negeri Ginseng ini, tapi sejauh ini beberapa film yang sudah saya tonton memang patut diapresiasi. 

Memasang aktor-aktris kelas Hollywood seperti Chris Evans, Tilda Swinton, Jamie Bell, John Hurt, hingga Olivia Spencer, dan dengan dialog dalam film yang 80%-nya berbahasa Inggris, akan tetapi sebenarnya Snowpiercer adalah film produksi Korea Selatan. Park Chan-Wook (sutradara Old Boy (2003)) adalah salah satu produsernya dan Bong Joon-Ho yang bertindak sebagai sang sutradara dan penulis naskah. Googling saja nama sutradara ini, dan kamu tahu bahwa doi adalah salah satu sutradara paling disegani dari Korea Selatan. (*Tapi saya sendiri baru nonton karya doi yang Memoirs of Murder (2004), - bentar ya habis gini saya tontonin film-filmnya yang lain, including The Host yang merupakan karyanya yang paling populer yang bodohnya belum saya tonton...).

First thing I wanna say is.... this movie is (oh-my-God) totally awesome!

Sempat terkatung-katung di hard disk saya, tidak terjamah, dan mood nonton film akhir-akhir ini ga terlalu baik, tapi begitu menonton saya menyesal tidak menontonnya sedari dulu. Diadaptasi dari graphic novel asal Perancis, Snowpiercer merupakan sebuah film selayaknya film-film distopia lainnya yang kental dengan nuansa kelam dan suram. Snowpiercer menyoroti sang jagoan Curtis Everett (Chris Evans), salah satu kaum miskin yang tinggal di gerbong bagian belakang kereta. Tidak terima atas tindakan semena-mena penguasa kereta yang membuat kaum miskin hidup menderita, Curtis kemudian menggalang kekuatan untuk melakukan pemberontakan. 

Apa yang ditawarkan Snowpiercer di sini sebenarnya bukanlah sebuah cerita yang baru di film khas distopia: terbentuknya jurang pemisah yang semakin besar antara yang berduit dan yang tidak, dan kekacauan yang kemudian timbul atas ketidakadilan tersebut. Namun menariknya Bong Joon-Ho dengan maksimal mampu meramu dan menjadikan Snowpiercer tidak hanya cool dari segi action dan plot cerita, namun juga masih mampu meninggalkan sebuah pesan filosofis yang cukup mendalam tentang struktur sosial kehidupan dari mini-ekosistem yang ada di dalam kereta. 

Oke, yang saya katakan pada akhir kalimat paragraf sebelumnya terkesan sangat berat, tapi nggak usah khawatir, karena Snowpiercer bukanlah sebuah sajian berat yang bikin kepala pusing. Snowpiercer tetaplah sebuah film mainstream (even it's still brought Bong Joon-Ho's originality) yang masih sangat menghibur, walaupun dibungkus dengan tone yang cenderung kasar dan suram. Snowpiercer dipenuhi adegan-adegan action yang keras, cool, yang badass. Adegan-adegan action paling seru diberikan di paruh awal film, dalam adegan baku hantam yang hanya melibatkan senjata tajam dengan level sadisnya sendiri masih sangat toleran untuk ditayangkan di bioskop. Best fight scene? tentu saja adegan perkelahian di gerbong yang dipenuhi orang-orang bertopeng ala new wave Ku Klux Klan - ah, that's awesome! Even tough, that slo-mo fight scene did bothered me, but still it is in a proper way.  

Tidak hanya kuat dari kemasan action-nya, naskah yang dikerjakan oleh Bong Joon-Ho sendiri juga sangat brilian. Sepanjang film kita akan dibuat penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang sesungguhnya terjadi, dan melalui gerbong demi gerbong yang dilalui Curtis dan kawan-kawannya, rahasia demi rahasia akan tersingkap - dengan sebuah twist yang cukup tidak terduga di bagian akhirnya. Bong Joon-Ho dengan baik menjaga tempo film, walaupun menjelang akhir film intensitas Snowpiercer justru terasa menurun. Yang juga menarik, Bong Joon-Ho menyisipkan unsur black-comedy yang cukup kental, yang mengingatkan saya dengan apa yang dilakukannya di Memoirs of Murders, tanpa menjatuhkan mood film sama sekali. Contohnya saja adegan "Happy New Year" di tengah-tengah pertarungan yang sedang seru-serunya terjadi.

Sebagaimana yang telah saya tulis sebelumnya, Snowpiercer tidak hanya sekedar sebuah karya satu dimensi tentang si miskin menuntut penguasa, namun juga ceritanya mempunyai banyak aspek tinjauan sosial dan sedikit filosofis yang bisa ditelaah (*beeh beraat). Snowpiercer adalah sebuah gambaran sempurna dari hierarki sosial kehidupan, yang diwujudkan dalam sebuah ekosistem-mini post-apocalyptic. Apa yang terjadi di Snowpiercer sekilas terasa unfair, wujud pemerintah (atau prophet?) yang totaliter menindas yang lemah dan menguntungkan hanya segelintir orang. Tapi jika kamu menontonnya hingga akhir, Snowpiercer justru membuatmu berpikir apakah memang dunia diciptakan seperti ini - justru untuk melahirkan keseimbangan itu sendiri (a perfect yin and yang?). Snowpiercer, merupakan sebuah metafora yang menarik dalam menggambarkan situasi kehidupan manusia di dunia - yang sejujurnya tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang, hanya teknologinya saja yang lebih canggih.

Menjadi karakter sentral, Chris Evans sebagai Curtis Everett bukanlah satu-satunya karakter yang menarik (kalau kamu berpikir bahwa karakternya adalah karakter sempurna yang membosankan, maka kamu harus mendengarkan pengakuannya di bagian akhir film). Snowpiercer juga memiliki karakter-karakter kuat lainnya dengan porsi dan fungsi masing-masing yang tepat, duo Song Kang-Ho dan Go Ah-Sung sebagai ayah dan anak yang drugs-addict, Jamie Bell sebagai second commandment, Olivia Spencer sebagai Tannya dan Ewen Bremmer sebagai Andrew yang mencari anak mereka yang 'diculik' ke bagian depan kereta, John Hurt sebagai Gilliam sang spiritual-leader, hingga si ganteng yang mencuri perhatian(ku) Luke Pasqualino sebagai Grey. Namun, tentu saja bagi saya yang tampil paling menonjol adalah Tilda Swinton yang tampil LUAR BIASA sebagai Deputy-Minister Mason. Tilda Swinton mampu menjadi monster antagonis yang quirky, annoying, dengan sentuhan komikal yang susah untuk dijelaskan. Perannya sebagagi Mason adalah bukti bahwa aktris kelahiran 1960 ini adalah aktris watak yang serba-bisa. 

Overview:
What a great movie! Snowpiercer merupakan sebuah film yang seimbang dalam menyenangkan para penonton awam sekaligus kritikus. Bong Joon-Ho mampu menghadirkan film khas Hollywood tanpa meninggalkan signature style-nya, tidak hanya kuat dalam memberikan stimulus action dan sedikit sentuhan black-humor-nya, naskah Snowpiercer juga digarap dengan baik dan unpredictable. Snowpiercer adalah sebuah metafora klasik sekaligus canggih mengenai gambaraan strata sosial masyarakat dunia yang terlihat tidak adil di satu sisi. Karakterisasinya luar biasa, terutama Chris Evans sebagai Curtis dan Tilda Swinton sebagai Mason. Konon katanya mau dibuatkan TV series-nya, dengan Bong Joon-Ho sebagai produsernya? Yes I would like to watch! 

Komentar

  1. Logika diktator, sepatu harus tetap dibawah, keren, tapi ada adegan waktu mason ketangkep dan ditaro sepatu dikepalanya XD,
    Dan yg paling aku suka ahsung yg selalu minta kronol. Kaya kecanduan, keren aktingnya

    Mason juga bohong wktu bilang wilford suka anak2, dan saat disekolah, guru dan murid2nya kompak akting bahwa mereka tenang2 aja walau pemberontak datang, nice idea,

    Waktu wilford ngerayu curtis aku juga sampe hampir percaya, sampe akhirnya anak andrew ketemu, sumvah laget banget, dari yg udah care jadi kesel banget sama wilford dalam sekejap.

    BalasHapus
  2. Senang banget ada yang sesuka itu juga sama Snowpiercer. Bong Joon Ho oppa emang dewa deh <3

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Keren bgt film ini meski hanya bersetting di sebuah kereta

    BalasHapus
  5. tidak terlalu percaya kalau tv series nya juga bakalan se da-boom filmnya, bahkan kalau Bong Joon Ho sendiri yang memproduseri. But, that's great movie, tho. Btw, Mba Niken, sudah nonton Goodnight Mommy (Ich Seh, Ich Seh)? i'm dying to know your review about it.

    BalasHapus
  6. Pas kepala si Mason ditembak. gue norak-norak bergembira girang setengah mampus, habisnya kesel banget ngeliat kelakuan Mason XD

    BalasHapus
  7. Ending-nya sungguh membuat mata terbelalak.. Rupanya eh rupanya..

    BalasHapus
  8. Adegan paling badass bikin kursi tegang adalah ketika di gerbong sekolah anak ,tiba2 berondongan senjata di hempaskan.. merinding ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!