Little Miss Sunshine (2006)


"Everybody, just pretend to be normal..." 

RottenTomatoes : 91%
IMDb: 7,9/10
Metascore: 80/100
(*07/03/2016)
NikenBicaraFilm : 5/5

Rated : R
Genre : Comedy

Directed by Jonathan Dayton, Valerie Faris ; Produced by Marc Turtletaub, David T. Friendly, Peter Saraf, Albert Berger, Ron Yerxa ; Written by Michael Arndt ; Starring Greg Kinnear, Steve Carell, Toni Collette, Paul Dano, Abigail Breslin, Alan Arkin ; Music by Mychael Danna ; Cinematography Tim Suhrstedt ; Edited by Pamela Martin ; Production company Big Beach Films, Bona Fide Productions, Deep River Productions, Third Gear Productions ; Distributed by Fox Searchlight Pictures ; Release dates January 20, 2006 (Sundance), July 26, 2006 (United States) ; Running time 101 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $8 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Sebuah keluarga mengantarkan sang anak bungsu menuju ke babak final pemilihan Little Miss Sunshine di Redondo Beach, California dengan sebuah mobil VW.

Review / Resensi : 
Sebuah drama keluarga selalu berpotensi untuk menyentuh hati, dan Little Miss Sunshine adalah salah satunya (seriously, I cried a lot). Tidak hanya menyentuh, namun naskah film yang dikerjakan oleh pendatang baru (saat itu) Michael Arndt juga dipenuhi unsur black-comedy yang kental dan mengundang banyak tawa. Sebenarnya saya sudah pernah menonton film ini beberapa tahun lalu, namun menontonnya lagi rupanya masih memberikan pengalaman yang menyenangkan. Little Miss Sunshine boleh dikatakan adalah film independen dimana budgetnya hanya 8 juta dolar dan sempat terkatung-katung dalam proses pembuatannya akibat masalah finansial. Later, film ini menjadi sangat sukses setelah hak distribusinya dibeli oleh Fox dan menjadi salah satu film dari Sundance Film Festival yang paling berhasil secara pendapatan.

Generally, this movie talks about dreams. Namun dengan adanya unsur satir, film ini bukanlah sebuah cerita tentang sebuah mimpi indah yang menjadi kenyataan. Lihat saja Olive Hoover (Abigail Breslin), dengan mukanya yang ceria dan kekanakan, berkacamata dan berperut sedikit buncit, ia jelas bukanlah favorit untuk memenangkan kontes kecantikan Little Miss Sunshine yang begitu diimpikannya. Atau bagaimana sang ayah, Richard (Greg Kinnear), seorang motivator kesuksesan yang ironisnya sangat jauh dari kata sukses. Tokoh - tokoh lainnya juga memiliki mimpi yang mereka ingin gapai, seperti sang paman Frank (Steve Carrel) yang depresi setelah patah hati, sang kakak Dwayne (Paul Dano) yang melakukan sumpah-diamnya hingga dirinya diterima di sekolah penerbangan, maupun sang kakek yang crazy (Alan Arkin) dan berharap menghabiskan masa tuanya dengan bersenang-senang. Kegagalan mendapatkan yang kita inginkan adalah kenyataan yang pahit, namun konklusi yang disimpulkan melalui percakapan antara Dwayne dan Frank di akhir film, "You do what you love, and fuck the rest," - tampaknya adalah pesan moral yang menenangkan.

Tema keluarga juga menjadi tema lain yang dapat dipetik dari Little Miss Sunshine. I saw this movie, and I think this is a family about. Ya, keluarga adalah arena pertengkaran - siapa sih yang tidak pernah berantem dan membenci orang tua atau saudara kita sendiri. Namun itulah keluarga, kita marah lantas kita memaafkan. Road-trip dengan sebuah mobil VW kuno berwarna kuning yang dilakukan keluarga Hoover ini adalah inti film ini sendiri. Mereka melalui banyak hambatan dan rintangan, but like they said in this movie "Nobody get left behind..", mereka tetap bersatu (puncaknya ada pada bagian ending yang sangat kocak) - dan itulah makna keluarga. Perjalanan bersama satu keluarga ini juga begitu mengesankan bagi saya secara personal, karena mengingatkan saya akan pengalaman saya sendiri bersama keluarga saya - dan ini adalah salah satu momen dimana saya dibuat terharu (baca: nangis). Demikian juga ketika banyak momen - momen sederhana dan mengharukan yang melibatkan interaksi antar masing-masing karakter, seperti ketika Olive berusaha menghibur kakaknya Dwayne, atau bagaimana sang Kakek menghibur Olive yang sedang tidak percaya diri.  

Little Miss Sunshine pada dasarnya adalah sebuah drama yang dibalut dengan nuansa komedi yang sedikit satir dan kelam. Namun unsur komedinya masih sangat menyenangkan - lihat saya warna kuning pada poster-poster filmnya yang begitu fun, dan mampu membuat penonton tergelak tertawa. Agak jauh berbeda dengan film black-comedy lainnya yang walapun cukup lucu, namun tidak sampai membuatmu terpingkal - sebagai contoh film-film black-comedy milik Coen Brothers. Little Miss Sunshine memberikan ruang interpretasi yang cukup dalam, namun masih cukup ringan untuk ditonton. Sejauh ini adegan favorit saya jelas ada pada bagian endingnya, ketika si kecil Olive mulai menari di atas panggung dalam kontes Little Miss Sunshine. One of favorite my dance scene on the movie!

Unsur komedik Little Miss Sunshine juga dibentuk melalui penokohan karakter-karakternya yang sangat antik dan interaksi di antara mereka. Melalui adegan-adegan di opening title-nya, kita telah disuguhkan secuplik karakter dari masing-masing tokohnya - hingga melalui 20 menit di atas meja makan yang merupakan perkenalan bagi penonton untuk mengenali karakter setiap tokoh. Ada sang ayah Richard (Greg Kinnear) yang obsesif terhadap kemenangan, saudara iparnya Frank (Steve Carrel) yang depresif, sang kakek (Alan Arkin) yang seenaknya sendiri, dan sang anak pertama Dwayne (Paul Dano) yang membenci semua orang. Satu-satunya yang normal mungkin adalah sang ibu (Toni Collette) yang menjadi penetral bagi keluarga disfungsional itu. Sedangkan sang anak bungsu, Olive (Abigail Breslin) adalah definisi harfiah dari judul "Little Miss Sunshine" itu sendiri, karena karakternya yang ceria dan menyenangkan - dan menjadi alasan utama bagi keluarga itu bersatu. Menjadi makin solid karena semua karakter itu diperankan dengan baik oleh para aktor dan aktrisnya, salah satunya Alan Arkin yang bahkan menyabet Best Supporting Actor di ajang Academy Awards.

Overview:
Little Miss Sunshine adalah salah sedikit drama keluarga yang cukup ringan dan fun untuk ditonton, namun juga sangat menyentuh dan mampu memberikan interpretasi yang cukup dalam. Kekuatan utama film ini jelas ada pada penokohan karakternya yang menarik dan antik, yang diperankan dengan baik oleh ensemble cast-nya. Sebuah film yang kelihatannya sederhana namun sesungguhnya sangat kaya, berkat naskah yang luar biasa dari Michael Arndt dan penyutradaraan yang baik dari suami istri Jonathan Dayton dan Valerie Faris. Sebuah film perdana yang menjanjikan bagi ketiganya.

Komentar

  1. Dari gambar yang diupload sepertinya filmnya sederhana, jadi penasaran pengin nonton. Kayaknya bagus deh, apalagi cukup sukses di Sundance Festival beuhhh

    BalasHapus
  2. adegan si olip ketinggalan juga lucu, hehe si olip cuma celingak celinguk... sederhana tapi memorable :)

    BalasHapus
  3. Saya sangat suka actingnya Abigail Breslin disini, sangat natural. by the way kalo mba Niken cried a lot, saya sih laughed a lot :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!