It has been a long time since i wrote
my last article. Busy, is my only excuse I can tell you *berlagak sibuk*. Tapi
setelah lama tidak menyambangi blog ini, dan lebih tepatnya lama pula tidak
menyambangi gedung bioskop, menonton HBO dan watching movies from DVD, saya
menemukan sebuah comment dari seorang anonim yang membuka hati saya *cailah*.
Yeah, writing is still one of my passion, walaupun bukan ‘passion’ terbesar
saya. Tapi menulis masih menjadi proses yang saya nikmati, dan membaca comment
yang mencela ataupun *uhuk-uhuk* memuji mengenai tulisan saya selalu sebuah pleasure
bagi saya. I bet every writer feel that too, rite? Dan ini diaaa, eng-ing-eng,
saya kembali masuk bioskop menonton Prometheus dan setelah lewat seminggu lebih
saya menuliskan reviewnya. Semoga, tulisan ini bisa mengawali review-review
film berikutnya. *Amin, Ya Allah.. :D
Review:
Directed by Ridley Scott ; Produced by
Ridley Scott, David Giler, Walter Hill ; Written by Jon Spaihts, Damon Lindelof
; Starring Noomi Rapace, Michael Fassbender, Guy Pearce, Idris Elba, Logan
Marshall-Green, Charlize Theron ; Music by Marc Streitenfeld ; Cinematography
Dariusz Wolski ; Editing by Pietro Scalia ; Studio Scott Free Productions,
Brandywine Productions ; Distributed by 20th Century Fox ; Release date June 8,
2012 (North America) ; Running time 124 minutes ; Country United States ;
Language English ; Budget $120–130 million
Genre: action, science-fiction
Genre: action, science-fiction
Sinopsis:
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth (Noomi Rapace) dan kekasihnya Charlie (Logan Marshall-Green) menghasilkan
penemuan mengenai asal usul manusia yang merujuk pada suatu tempat di luar
angkasa. Maka kemudian, sebuah kapal luar angkasa yang dibiayai oleh seorang
milyuner kaya Peter Weyland (Guy Pearce), dan dikomandoi oleh Vickers (Charlize
Theron) dengan bantuan seorang robot android bernama David (Michael Fassbender),
dikirim terbang menuju tempat tersebut, untuk mengetahui “siapa” sesungguhnya
yang telah menciptakan manusia, tanpa mereka sungguh-sungguh memahami apa yang
sebenarnya menunggu mereka di sana.
Argh, asal usul manusia selalu menjadi
pertanyaan akbar yang ditanyakan dari jaman nenek moyang kita sampai
sekarang. Mempertanyakan asal usul manusia maka akan menuntun kita pada
pertanyaan – pertanyaan selanjutnya yang jauh lebih membingungkan, seperti
kenapa kita hidup? kemana kita setelah mati? Ya, menonton ini tidak akan
menjawab pertanyaan itu. Atau lebih tepatnya, kamu tidak akan menemukan jawaban
pertanyaan pertama tadi – bagaimana asal-usul manusia- secara filosofis ataupun
agamis di film ini, karena menurut film yang disutradarai oleh Ridley Scott ini, asal usul
manusia berasal dari sebuah alien dengan DNA yang sama dengan kita, tapi dengan
badan yang dua kali lebih besar dari kita, dan –eerr, gag secakep kita.
FYI, berdasarkan legenda Yunani,
Prometheus mencuri api dan memberikannya kepada manusia, padahal sebelumnya
‘api’ hanya dimiliki oleh dewa-dewa di khayangan sana. Legenda itu sendiri
merujuk bagaimana manusia berusaha menyamai Dewa, dengan benda mewah bernama
api – yang sebenarnya merupakan perlambang dari ilmu pengetahuan. Btw,
gara-gara tindakannya yang ilegal itu, Zeus menghukum Prometheus dengan
memasungnya pada batu, dan setiap hari, seekor burung elang akan memakan
hatinya, tapi kemudian hatinya akan tumbuh kembali hanya untuk kembali dimakan
oleh sang elang pada keesokan harinya. Pada akhirnya si Prometheus ini
dibebaskan oleh Hercules. Film ini sendiri sebenarnya merupakan prekuel dari
Alien (1979) yang juga digarap oleh Ridley Scott di awal karirnya doi. Tapi
berdasarkan kabar yang saya baca, film ini akhirnya diharapkan untuk bisa
berdiri sendiri dan bisa digarap cerita-cerita berikutnya... (Saya mauuu nonton
nih kalo ada sekuelnya!!).
Menggabungkan pertanyaan paling
penting dalam hidup manusia itu dengan unsur science-fiction saya pikir adalah
poin lebih bagi Prometheus yang mungkin tidak dimiliki oleh film-film lainnya. Actually,
kamu tidak akan menemukan jawaban secara gamblang atas teka-teki itu melalui
film ini. Teori penciptaan benar-benar di luar nalar kita, dan carinya melalui
agama yang kalian yakini. *eh kok malah ceramah*, maksud saya, Spaihts selaku
penulis naskah menurut saya ingin menyampaikan sesuatu mengenai bagaimana kita
memahami hakikat penciptaan manusia, yang disampaikan melalui dialog-dialog
sang robot David (Michael Fassbender). Ini hakikat versi dia, tentu saja. Dan
itu tidak disampaikan secara obvious, tapi saya berusaha menangkap maknanya
dengan baik.
Dari departemen akting saya rasa tidak
ada yang terlalu menonjol. Bahkan Charlize Theron tidak terlalu ‘menonjol’ di
mata saya. Yang cukup mencuri perhatian mungkin bisa saya berikan kepada
Michael Fassbender yang berperan sebagai android. *Ehmm.. kayaknya list cowok
ganteng saya nambah satu lagi deh. Hehe. *kedip-kedip genit*. Tidak terlalu
brillian sih sebenarnya, tapi pretty convincing. Selain itu, aktor aktris lain
bermain dengan cukup baik, walaupun karakterisasi tampaknya memang bukan hal penting
untuk sebuah science-fiction movie macam begini.
Dari segi penceritaan, saya pikir alur
cerita cukup baik dibangun perlahan dari awal film hingga tiga perempat film.
Setelah memasuki menit-menit akhir, saya merasa film ini berjalan terlalu
cepat, dan sedikit kehilangan ritmenya, terutama alur ketegangannya. Ada banyak
kejanggalan yang terjadi, termasuk adegan Elizabeth melahirkan bayi makhluk gag
jelas dan dengan berdarah-darah keluar menyelamatkan diri dari meja operasi dan
gag ada yang bertanya apa yang terjadi dengannya. Kisah di bagian akhir ini
agak mengganggu, dan saya tahu ini film alien, tapi kemunculan alien-alien itu
di bagian akhir sebenarnya agak bikin kecewa juga siihh.. hehe
Yang paling luar biasa sebenarnya
adalah special effect yang benar-benar amazing untuk dilihat melalui layar
bioskop. Pesawat Prometheus digambarkan dengan sangat keren – and it reminds me
of spaceship on 2001: A Space Odyssey. Tapi yang paling menarik mata saya
adalah landscape yang bener-bener breath-taking dari sebuah planet luar angkasa
dan bagaimana pemandangan antariksa itu sendiri. Wow, that really a great scene
too see. Saya jadi bener-bener ngarep 2001: A Space Odyssey yang adegan
astronot Poole mati di keheningan antariksa bisa saya tonton ulang di layar
bioskop. It will be a really really really greeaaatt! And FYI, it’s the best
scene for me from that movie. Eh, tapi visual effect dari efek penuaan Guy Pearce
sebenarnya agak mengganggu sih, dan kliatan banget tuanya dibuat-buat.
Overview:
Prometheus will not like another alien
movies that maybe you’ve ever saw. Prometheus combine ‘The-Great-Question’ – a side
of ‘human-story’, with science-fiction fantasy. Cukup entertaining untuk ditonton.
Cerita good, acting okay, but the best for me is their great visual effect! Ayo
Mr. Scott, pasti ada sekuelnya kaaan??!! gag mungkin kan kisahnya berakhir
begituu??
Tonton atau tidak?
Tonton
RottenTomatoes: 73%
Metacritic: 65/100
NikenBicaraFilm: (4/5)
Yep, gw juga ngarepin sekuel-nya nich... moga2 film-nya sukses... XD
BalasHapussister...mohon pencerahannya donk..hehehe
BalasHapus1. apa yg diminum oleh alien pada awal film?
2. apa tujuan monster yg keluar dr perut elizabeth dengan membunuh alien2 yg ada didalam gua. (setau sy mahluk itu bs disebut alien juga krn bentuknya sm dgn alien2 di film2 lain)
3. benda sperti apa sbenarnya yg ada didalam tabung brbntuk kapsul itu
4. alien yg katanya mrupakan asal muasal manusia itu dipihak mana? kawan atw lawan?
4. apa tujuan si "manusia robot" menjebak suaminya elizabeth (kyk telenovela aja)dgn mmbrikan cairan yg mnjadi penyebab kematiannya n mnularkan benih monster di tubuh elizabeth.
makasih sister..(kata pak tarno "dibantu ya..dibantu ya..dibantu ya..wkwkwkwk)
Dear anonim.. :D
Hapus1. Yang diminum oleh alien saya sih masih belum jelas apa itu. Hehe. Mungkin semacam ramuan untuk menciptakan manusia di bumi.. Not clearly sure.. :)
2. Kurasa makhluk itu hanya makhluk agresif yang akan menyerang satu sama sama lain.
3. Benda dalam tabung itu semacam senjata biologi (yang menghasilkan makhluk-makhluk macam alien yang dikandung elizabeth) yang digunakan untuk menghancurkan manusia di bumi.
4. IMHO, alien itu hanyalah "pencipta", dan ia kemudian ingin menghancurkan manusia di bumi yang sudah diciptakan. For no reason, I guess. Tapi menurut saya sudah cukup jelas disampaikan oleh David si Android, yang saya tangkap: sang Pencipta tampaknya tidak butuh alasan untuk menghancurkan sesuatu yang diciptakannya.
5. Hanya untuk memenuhi rasa penasarannya saja. IMHO. Dan saya rasa ada faktor ketidaksukaan si David kepada Charlie.
Yaaa.. ini murni perspektif saya saja sebagai penonton. Jika masih belum jelas, mari berharap pada sekuelnya. :)
hmm..baru ngeh skarang..tp kyknya msti nntn lg dah hehehehe..makasih sister. bakalan nongkrong disini trus nih, blognya bagus.. :-)
BalasHapusTenang saja bro, film ini akan ada sekuelnya tahun depan. Judul sequelnya adalah "Alien: Covenant" yang mana akan rilis di tahun 2017. Nantinya bakal banyak teka-teki yang terjawab dari Prometheus. Kita tunggu saja tahun depan bro!
BalasHapusMenurut saya: Si Sutradara / Penulis naskah sangat jenius mengarang asal muasal makhluk hidup di bumi (jangan bawa agama yah) Murni imaginasi / fantasy yang fantastis.. walau ada part yang nggak nyambung. IMHO
BalasHapusMasih nunggu Sekuel Lanjutanya .. :D
My Web: Ichinxtwo.xyz Visit yah