The Power of the Dog (Review)


"Deliver my soul from the sword; my darling from the power of the dog."
Psalms: 22.

Genre: Drama, Thriller, Western
Rated: R
RottenTomatoes: 94% | IMDb : 6,9/10 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Directed by Jane Campion ; Written by Jane Campion ; Based on The Power of the Dog by Thomas Savage ; Produced by Emile Sherman, Iain Canning, Roger Frappier, Jane Campion, Tanya Seghatchian ; Starring Benedict Cumberbatch, Kirsten Dunst, Jesse Plemons, Kodi Smit-McPhee, Thomasin McKenzie, Genevieve Lemon, Keith Carradine, Frances Conroy ; Cinematography Ari Wegner ; Edited by Peter Sciberras ; Music by Jonny Greenwood ; Production companies New Zealand Film Commission, Bad Girl Creek Max Films, See-Saw Films, Cross City Films, BBC Film ; Distributed by Transmission Films (Australia and New Zealand), Netflix (Worldwide) ; Release dates September 2, 2021 (Venice), November 11, 2021 (Australia and New Zealand), November 17, 2021 (United Kingdom and United States) ; Running time 126 minutes ; Countries New Zealand, United Kingdom, United States, Greece Australia ; Language English ; Budget $35–39 million

Story / Cerita / Sinopsis :

Kehidupan cowboy pemilik ranch, Phil (Benedict Cumberbatch) berubah setelah saudara laki-lakinya George (Jesse Plemons) menikahi seorang janda Rose (Kirsten Dunst) yang sudah punya anak remaja Peter (Kodi Smit-McPhee). 
Review / Resensi :

Lewat peran-perannya sebagai Sherlock atau Stephen Strange, kita mengenal karakter-karakter yang diperankan Benedict Cumberbatch sebagai karakter protagonis baik yang sedikit sombong dan menyebalkan. Saya bilang sedikit, karena kadar menyebalkannya masih bisa kita tolerir. Namun di film The Power of The Dog yang disutradarai oleh Jane Campion ini, ia berubah sepenuhnya menyebalkan (at least selama tiga perempat filmnya). Bergaya cowboy, dengan muka penuh debu kotoran, Benedict Cumberbatch berubah menjadi Phil Burbank, seorang pria dengan watak yang kompleks: ia angkuh, berlagak paling macho (ia mengebiri sapi jantan tanpa sarung tangan), gemar merundung, dan suka meneror saudara iparnya sendiri. Peran yang membuatmu ingin menempeleng mukanya ini tampaknya menjadikan Cumberbatch sebagai salah satu frontrunner di nominasi Best Actor Oscar tahun 2022 ini, setelah sebelumnya pernah dinominasikan di kategori yang sama lewat The Imitation Game. 

The Power of The Dog bersetting di Montana, Amerika Serikat, tahun 1925. Diangkat dari novel berjudul sama karya Thomas Savage, film ini bercerita tentang dua orang bersaudara pemilik peternakan besar, Phil dan George (Jesse Plemons). Keduanya punya sifat yang berbeda, Phil kasar dan bermulut tajam, sedangkan George berhati lembut. Konflik bermula ketika mereka makan di sebuah restoran, dimana Phil mengejek pelayan resto tersebut Peter (Kodi Smit-McPhee) yang sedikit feminim. Hal ini bikin ibu Peter, Rose (Kirsten Dunst) sedih, dan meluluhkan hati George yang melihatnya. Keduanya kemudian justru jatuh cinta dan memutuskan menikah. Pernikahan ini yang membuat Phil meradang dan menuduh Rose sekedar mengincar harta.

The Power of The Dog adalah tipikal film psychological-thriller drama slowburn yang sepi. Mungkin film semacam ini rawan membuat kebanyakan orang tertidur, tapi.... saya suka! Kalo film drama yang beralur lambat biasanya bikin saya bosan dan ngantuk, tapi thriller psikologis selalu bikin saya penasaran dan ga pernah membosankan buat saya. Saya pikir scoring music dari Jonny Greenwood di sini yang punya andil paling besar dalam menghidupkan suasana. Dengan bunyi-bunyian yang agak berbeda dari film western pada umumnya, scoring music The Power of The Dog menimbulkan uneasy feeling, menarik atensi saya sepenuhnya, memancing saya menunggu kejutan yang akan datang, dan bikin penasaran kemana alur film ini akan berjalan. Menariknya, ketegangan yang ditimbulkan dari film ini bukanlah ketegangan khas film horor atau berbau kekerasan (kekerasan fisik yang terjadi hanya pada sapi-sapi yang dijagal atau kelinci malang yang dijadikan bahan percobaan). Sebaliknya, ketegangan yang ada sepenuhnya bersifat psikologis. Sekilas, film ini terasa biasa-biasa saja (karena sebenarnya ga banyak hal dramatis nan penuh ledakan emosi yang terjadi), tapi sekaligus bikin kamu ngrasa ada yang tidak beres dan semuanya tidak baik-baik saja. Teror psikologis itu jelas datangnya dari karakter yang diperankan Benedict Cumberbatch sebagai pria alpha yang suka merundung dan mengorek kelemahan orang lain untuk menunjukkan dominasinya. 

Dan kalo kamu uda bersiap tertidur di tengah film, bersabarlah akan kejutan yang menanti di bagian endingnya, dimana akhirnya kita mengetahui bahwa judul yang digunakan - The Power of The Dog - punya dua makna. Sebenarnya saya ga tahan untuk mereview ini tanpa spoiler haha, tapi saya tahan karena sedikit spoiler akan merusak kejutan (bahkan dengan bilang film ini punya twist aja rasanya seperti spoiler!). Dan ketika twist ini datang, mungkin kamu akan mengagumi betapa ahli dan rapinya Jane Campion dalam menyimpan petunjuk demi petunjuk yang bertebaran sepanjang film. Petunjuk yang terasa tidak penting tapi kemudian berdampak signifikan. Justru kayaknya film beralur lambat terkadang malah bikin lengah dan membuatmu ga bisa menduga apa yang akan terjadi. Saya juga suka gimana Campion mengungkap kejutan ini, tanpa dramatisasi berlebihan, sama sepinya dengan bagian lain film, tapi ga berarti ga punya punch-factor. 

Secara umum, tema besar yang diangkat film ini adalah toxic masculinity. Hal ini ada pada diri sosok Phil Burbank yang selalu berusaha tampil macho, garang, dan berlaku kasar - walaupun tampaknya ia sangat bergantung dengan saudaranya, George. Kemungkinan hal ini dilakukannya untuk menutupi sesuatu, sampai ia bertemu dengan Peter dan kemudian menjalin pertemanan dekat. Transformasi karakternya sungguh menarik, dari sepenuhnya brengsek menjadi pria dengan sisi rapuh yang kita maklumi di pertengahan cerita. Benedict Cumberbatch mungkin bukan nama aktor yang akan kita pilih untuk jadi cowboy (ia kayaknya lebih cocok sebagai pria intelek yang nerd, atau aristokrat, atau... alien?), tapi di sini performa aktingnya memang luar biasa. Cumberbatch kabarnya bahkan melakukan method acting, ia sengaja tidak ngobrol dan mengakrabkan diri dengann Kirsten Dunst di set lokasi, dan bahkan keceplosan memanggil Jesse Plemons dengan sebutan big boy. 

Jane Campion (yang btw, saya belum familiar dengan film-filmnya yang lain), tampaknya sengaja menampikan interaksi karakter Phil yang diperankan Cumberbatch dengan ketiga orang lainnya secara bergantian. Saya rasa ini penting untuk kita bisa mendalami kompleksitas karakter Phil. Di sepertiga awal kita melihatnya relasi rumitnya dengan saudara laki-lakinya George (ia suka mencemooh sekaligus punya ketergantungan dengan George), lalu beranjak ke hubungannya yang penuh kebencian dengan Rose (ia menganggap Rose gold digger), dan kemudian dengan Peter, putra Rose. Relasi terakhirnya ini yang kemudian sedikit mengubah perspektif penonton dalam menilai Phil. Dengan tubuh ceking dan tampang polosnya, Kodi Smit-McPhee sebagai Peter menjadi lawan main yang sepadan. Ia menampilkan aura naif dan pecundang, tapi sekaligus misterius. Transformasi karakternya sama menariknya dengan karakter Phil itu sendiri. Kirsten Dunst sebagai Rose juga berakting memukau, sulit untuk tidak iba melihatnya tampak tertekan dengan ekspresi kosong. Jesse Plemons - yang beneran partner Kirsten Dunst saat ini - memberikan akting low-key yang mungkin kurang mencolok dibandingkan yang lain, namun scene saat ia membantu Rose dan menari dengan Rose cukup manis untuk disaksikan.

Overview :
Dua belas nominasi Oscar tahun 2022 untuk The Power of The Dog tampaknya bukanlah hal yang berlebihan. Jane Campion dengan mahir dan rapi menyuguhkan sebuah tontonan drama psychological thriller yang tidak biasa. Tanpa ada kejadian yang benar-benar "menakutkan", alur lambat film dan scoring music dari Jonny Greenwood sukses mencengkerammu menanti kejutan yang terjadi dan membuatmu penasaran akan kemana kisah ini bergulir. Departemen akting menampilkan performa luar biasa, tapi tentu saja Benedict Cumberbatch tampil paling mempesona sebagai pria kasar dengan watak kompleks.  

Komentar

  1. Awal2 emang bikin ngantuk, tapi menjelang akhir baru dah, twist diakhir keren.

    BalasHapus
  2. Hi, Niken. Aku udah nonton ini film (karena terpengaruh review mu yg menarik, and to be honest, blog kamu ini aku jadikan rujukan nomer 1 utk aku jadiin preferensi film-film ku) dan aku masih sepenuhnya nangkep inti filmnya di akhir. Can you do the -penjelasan ending film ini- so that aku ga mati penasaran or ga perlu wasting my time buat nonton lagi. I'm really curious on your thoughts ttg ending film ini. Happy Ifthor, Niken!

    BalasHapus
  3. Eh sorry. Ralat. Maksud nya, aku belum terlalu paham maksud ending filmya.

    BalasHapus
  4. (SPOILER)
    Endingnya.. menurutku sederhana... Si Peter ternyata emang diam2 berencana membunuh Phil.. Perhatiin kalimat di bagian awal filmnya juga. Apa yang dia lakukan untuk ibunya.

    BalasHapus
  5. Greenbook garis keras10 Mei 2022 pukul 23.38

    Kak review moonlight 2016 yang dengan jujur mampu mengalahkan arrival dlm perhelatan oscar :v

    BalasHapus
  6. seru si baca nya, nanti aku coba baca2 lagi disini deh <a href='"https://wayang79.wiki/"> ZonaFilm</a>

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!