The Neon Demon (3,5/5)



Beauty isn't everything. It's the only thing.
RottenTomatoes: 57% | IMDb: 6,3/10 | Metascore: 51/100 | NikenBicaraFilm: 3,5/5

Rated: R
Genre: Thriller, Horror

Directed by Nicolas Winding Refn ; Produced by Lene Børglum, Nicolas Winding Refn ; Screenplay by Mary Laws, Nicolas Winding Refn, Polly Stenham ; Story by Nicolas Winding Refn ; Starring Elle Fanning, Karl Glusman, Jena Malone, Bella Heathcote, Abbey Lee, Desmond Harrington, Christina Hendricks, Keanu Reeves ; Music by Cliff Martinez ; Cinematography Natasha Braier ; Edited by Matthew Newman ; Production companies Gaumont Film Company, Wild Bunch, Space Rocket Nation, Vendian Entertainment, Bold Films ; Distributed by Amazon Studios Broad, Green Pictures, Scanbox Entertainment, The Jokers ; Release date 20 May 2016 (Cannes), 24 June 2016 (United States) ; Running time 117 minutes ; Country France, Denmark, United States ; Language English ; Budget $7 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Jesse (Elle Fanning) adalah seorang model baru yang tiba di Los Angeles untuk menekuni karirnya sebagai model. 

Review / Resensi:
Pernahkah kamu menonton sebuah film yang menurutmu nggak jelas, absurd, dan kamu nggak paham maksudnya apaan, namun film tersebut dikemas dengan bahasa visual yang indah dengan cerita yang menyimpan metafora sarat simbolisme yang menarik? Dan biarpun filmnya aneh, tapi kamu merasa harus menganggapnya bagus... for the sake of art? Itulah yang saya rasakan selama nonton The Neon Demon yang berdurasi hampir 2 jam ini. Filmnya aneh dan boleh dibilang agak "sinting", tapi di lain sisi saya kerap mikir... am I supposed to like it? Tapi pada akhirnya... namanya perasaan nggak bisa dipaksa ya. Saya nggak bilang film ini jelek, tapi saya juga nggak bisa merasa film ini bagus...

The Neon Demon mendapatkan mixed review dari kritikus dan para penonton. Sebagian menyukainya, sebagian tidak. Bagi kebanyakan penonton awam, The Neon Demon jelas terasa agak membosankan dan "nggak jelas", Saya sendiri sering ngaku bahwa saya nggak pernah terlalu menyukai model art-house movie, jadi otomatis selama nonton The Neon Demon ini saya bosan setengah mati. It's to pretentious for me. Mungkin Refn, dengan isi otak kepalanya berusaha menjelaskan dengan puitis akan eksplorasi (dan eksploitasinya) tentang beauty dan fashion industry. Namun ada banyak hal yang berusaha ia masukkan ke dalam The Neon Demon - terutama tentang endingnya yang fucked up banget - yang bagi saya sendiri terasa agak "lebay" dan seperti sekedar gimmick sok asyik. Saya curiga Refn sedang mengungkapkan mimpi-mimpi doi tentang sexual fetish-nya...

Harus diakui, faktor yang membuat The Neon Demon menarik adalah aspek visualnya. Sesuai judulnya  yang mengandung kata Neon, dan memang menjadi style kesukaan sang sutradara, The Neon Demon dipenuhi atmosfer neon dengan dominasi warna biru (menggambarkan innocence dan narcisstic) dan warna merah (dangerous). Jika pada Drive (2009), Nicolas Winding Refn berusaha menampilkan masculinity, di The Neon Demon ia berusaha mengeksplorasi beauty. Sepanjang filmnya kita kayak diajak nonton parade editorial photoshoot yang diiringi musik synth dari Cliff Martinez. The Neon Demon juga dipenuhi scene-scene surealis yang terasa dingin, isolated, sekaligus menawan. Sulit dipercaya film yang indah ini dibuat oleh Nicolas Winding-Refn yang buta warna, dan dia mengandalkan sang sinematografer Natasha Braier yang memainkan color palette-nya. 

Tapi untuk apa visual yang indah jika filmnya sendiri terasa "hampa"? Entahlah, mungkin memang ini yang sengaja hendak disampaikan oleh Refn, bahwa fashion industry itu dangkal, hampa, dan dingin.. atau memang saya aja yang nggak nyambung sama isi otaknya aja. Haha. But this movie is so absurd. Mulai dari adegan ada singa gunung masuk ke kamar Jesse, adegan dengan fotografer, karakter Hank (Keanu Reeves) sang manajer motel, dan tentu saja endingnya yang seperti satanic witchcraft ritual entah apalah itu.. what the damn hell? I just dont get it. Saya sendiri juga ga merasa bisa "engaged" dengan filmnya sendiri. Nuansa thriller-nya memang terasa mencekam... but then again, karena saya nggak nyambung sama filmnya, dan emang ada kesan surealis yang membuat nuansanya penuh ambiguitas dan terasa ngayal, saya nggak bisa kebawa secara emosional sebagaimana film-film thriller lainnya. 

Anyway, saya harus mengakui bahwa Elle Fanning bermain dengan baik di film ini. Transisinya dari perempuan polos dan malu-malu di bagian awal, lalu berubah jadi real bitch narsis yang menyebalkan, ia mampu menunjukkannya dengan sangat baik. Karakternya sendiri sebenarnya terasa flat, karena Refn memang tampaknya lebih suka main-main di kemewahan visual daripada eksplorasi karakter, sehingga karakter Jesse jadi tidak cukup melekat. Tapi Elle Fanning emang beneran punya "aura" yang likeable, walaupun transformasi sifatnya di akhir membuat saya ngerasa bahwa dia memang pantas mendapatkan "apa yang ia dapatkan". 

Overview:
The Neon Demon adalah sebuah film yang mampu menghipnotismu pada visual yang indah dan menawan, seperti sedang melihat foto-foto khas editorial di majalah avant-garde sambil mendengarkan soundtrack musik synth ala modern 80-an. Elle Fanning juga bermain dengan baik sebagai Jesse. Namun apalah arti sebuah film yang indah jika esensinya tidak bisa tersampaikan dengan mudah kepada penonton? The Neon Demon mungkin seperti foto model yang kamu temukan di majalah: cantik, menarik dengan daya tarik yang aneh dan edgy, namun isinya kosong. Atau saya aja yang nggak punya selera seni?


Komentar

  1. Yes, ga nyangka... bukan saya aja yg suka Elle Fanning dsini...

    BalasHapus

Posting Komentar

Your comment is always important to me. Share di sini!