Omar (2013)



"Omar, there's a price to pay if you want to revolt and liberate your country. You don't complain or cry. This is the choice you made,"

RottenTomatoes: 91%
IMDb: 7,6/10
NikenBicaraFilm: 4,5/5

Genre : Drama

Directed by Hany Abu-Assad ; Produced by Hany Abu-Assad, Waleed Zuaiter, David Gerson ; Written by Hany Abu-Assad ; Starring Adam Bakri ; Cinematography Ehab Assal ; Edited by Martin Brinkler, Eyas Salman ; Release dates 21 May 2013 (Cannes) ; Running time 96 minutes ; Country Palestine ; Language Arabic

Story / Cerita / Sinopsis :
Omar (Adam Bakri), adalah seorang pekerja pembuat roti yang juga menjadi bagian dari pejuang kebebasan Palestina bersama sahabatnya Tarek dan Amjad. Suatu ketika dirinya ditangkap oleh polisi Israel dan terancam tidak bisa keluar dari penjara selamanya. Hal ini membuatnya gundah karena berada di penjara membuat mimpinya menikahi kekasihnya Nadia kandas. Akhirnya Omar terpaksa bersedia menjadi mata-mata bagi polisi Israel.

Review / Resensi :
Menjadi perwakilan Palestina di katagori Best Foreign Film pada Oscar tahun lalu mungkin akan membuatmu mengira bahwa Omar akan sedikit - banyak berupa propaganda Palestina. Ya, mungkin memang benar - tapi itu semata-mata karena film ini berkisah tentang seorang warga Palestina. Namun jika kamu mau duduk manis dan menyaksikannya, sebenarnya Omar bukanlah sebuah film yang sarat muatan politik dan agama. Omar hanyalah sekelumit cerita tentang seorang pemuda (ganteng) bernama Omar, yang terjebak pada situasi yang begitu dilematis sebagai seorang warga Palestina. 

Jika membaca sinopsis di atas, Omar memang bercerita sedikit mengenai teror politik antara kedua negara Israel dan Palestina. Namun Hany Abu-Assad yang kabarnya membuat plot kasar cerita dalam waktu 1 hari ini tidak memberikan penjelasan yang begitu dalam dan mendetail mengenai situasi yang ada. Agak sulit untuk memahami sebenarnya jika kamu tidak terlalu mengikuti perkembangan situasi politis yang ada di Palestina, adegan Omar yang memanjat tembok di bagian awal cerita mungkin akan membuatmu bertanya-tanya tembok apakah itu. Hany Abu-Assad tampaknya tidak ingin bergerak terlalu jauh dalam ranah yang lebih beresiko, ia hanya ingin menyajikan sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada, melalui satu sudut pandang seorang pemuda bernama Omar. Boleh dikatakan Omar adalah sebuah film yang sederhana, namun bukan berarti film ini dangkal.

Ada yang mengatakan bahwa Omar adalah film yang menggabungkan beberapa genre, karena kamu akan menemukan unsur thriller, action, dan juga romantis di sini. Saya sendiri sih merasa bahwa Omar lebih condong ke arah drama, dan sekilas bagaikan sebuah film cinta (terutama kalau kamu melihat poster filmnya yang menunjukkan kedua pemeran utama sedang berciuman - ini agak bikin kaget sih, tidak menyangka film Palestina ada ciumannya juga). Dan memang Omar sebenarnya tentang kisah Omar yang sedang kasmaran dengan adik perempuan sahabatnya, namun jelas kisah cinta ini tidak berjalan mulus karena situasi dan konflik yang ada. Walaupun berkisah tentang asmara, Omar sendiri bukan film yang terlalu melodramatis dan sentimentil. Semacam drama bagi para pria. 

Yang juga menarik adalah bagaimana Abu-Assad membawakan narasi Omar dalam aura realisme yang kuat - yang membuat penonton mampu dengan mudah terjun ke dalam situasi yang ada. Mengenalkan kita tidak hanya kepada konflik yang ada di negara tersebut, namun juga situasi kultur dan budaya yang ada di Palestina. Unsur "nyata" ini juga makin terasa berkat production set yang realistis, didukung pula dengan kualitas akting yang juga cukup baik. Memang, realisme ini cenderung agak membosankan bagi kebanyakan orang, dan tidak cukup emosional bagi saya, tapi ini toh memang film kelas festival, bukan blockbuster. Namun kamu masih akan terhibur karena Omar juga menyajikan adegan kejar-kejaran yang asyik, dengan sedikit unsur suspense. Tidak lupa juga akan ada sedikit kejutan di bagian akhirnya. Namun jika boleh dikatakan, kekurangan yang ada pada Omar hanyalah plot waktu yang agak sedikit membingungkan. 

Overview :
Omar sesungguhnya hanyalah sebuah drama sederhana seorang pemuda,yang bermimpi untuk bisa menikahi gadis impiannya. Namun situasi menjadi rumit ketika Omar terjebak pada konflik yang ada di negaranya. Hany Abu-Assad dengan baik membawa kita mengikuti petualangan Omar melalui aura realisme yang kental, sebuah pertunjukan bagi dunia untuk lebih memahami situasi konflik yang dialami Palestina tanpa bersifat memihak. Ini bukan film siapa yang benar siapa yang salah. Namun bagaimana situasi itu membuat hidup seorang pemuda menjadi begitu berat.

Komentar