Kenapa seharusnya remake Oldboy tidak perlu dibuat...
Adalah
sebuah gagasan konyol untuk me-remake cult-movie atau karya film
klasik yang begitu fenomenal pada masanya. Apalagi jika remake tersebut
dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Akan sangat sia-sia jika
remake tidak lebih baik daripada film aslinya – apalagi fans setia film
originalnya biasanya cukup beringas dalam menghakimi sebuah remake film. Memang tidak semua remake berakhir tragis, sebut saja Let Me In,
The Ring atau The Girl with the Dragon Tattoo. Namun kita juga tidak bisa
melupakan bahwa banyak remake film yang berakhir dengan menyedihkan, misalnya
The Uninvited (remake A Tale of Two Sisters). And apparently, Oldboy versi Spike
Lee (Inside Man), adalah salah satu remake yang berakhir dengan menyedihkan.
Oldboy
(2003) versi asli-nya yang disutradarai oleh Park Chan-Wook sejauh ini adalah
film Korea terfavorit saya, dan boleh dibilang salah satu film
terbaik pula yang pernah saya saksikan. (Terdengar berlebihan, tapi saya serius
– baca reviewnya di artikel sebelum ini disini). Lantas kemudian DreamWorks dan
Universal berkeinginan untuk me-remake film legendaris ini dengan memasang Josh
Brolin, Elizabeth Olsen dan Sharlto Copley sebagai pemerannya dengan Spike Lee
sebagai sutradara. Buat yang sudah menonton Oldboy versi Korea, kamu akan
menemukan beberapa perbedaan – dan perbedaan ini penting dilakukan, agar remake-nya terlihat tidak
sebagai sekedar karya film yang sama persis dengan hanya menghadirkan perbedaan
ras para pemainnya saja. Saya akan membandingkan keduanya (versi asli dan
remakenya), untuk menunjukkan bahwa meremake Oldboy adalah semacam tindakan
bunuh diri.
THE STORY
Main plot
keduanya tetap serupa, namun alasan dibalik karakter utamanya dipenjara akan
sedikit berbeda. Alasan si villain Woo-Jin melakukan itu semua menurut saya
lebih make senses atas segala tindakannya, dibandingkan dengan apa yang
dilakukan Adrian Pryce (Sharlto Coopley). Tapi versi Korea
menghadirkan adegan hipnotis yang terasa sedikit tidak masuk akal (walaupun
nyambung dengan konsep ke-absurd-an Chan Wook) – dan ini dihilangkan dari versi
Amriknya. Selain itu, versi remake lebih banyak menekankan antar hubungan ayah
dengan anak perempuanya, dan ini sedikit mengingatkan saya pada apa yang Liam Neeson
lakukan di Taken – semacam skrip “laris” bagi pasar mainstream. Pada akhirnya, penekanan hubungan ayah dan anak perempuan ini menjad semacam tindakan suicidal, karena justru merusak unsur kejutan di bagian akhir.
THE HERO :
OH DAE-SU (Choi Min-Sik) vs JOE DOUCETT (Josh Brolin)
OH DAE-SU (Choi Min-Sik) vs JOE DOUCETT (Josh Brolin)
Ada
perbedaan nuansa karakter antara versi asli dengan versi remakenya. Versi
aslinya menghadirkan karakter protagonis khas film / komik Asia: sedikit bodoh,
polos dan konyol - bukan tipe jagoan idaman. Sedangkan versi
remake menghadirkan karakter hero yang khas film Amrik : tipe pria macho
yang jagoan walaupun sedikit bajingan. Tapi disinilah menurut saya
kontradiksi yang menarik dari Oldboy versi Korea, Chan-Wook mampu menyisipkan
sedikit tone humor yang tidak menjatuhkan mood film. Dae-Su jauh lebih memikat
simpati dibandingkan Joe yang menyebalkan, yang membuat kita paham kenapa
sebaiknya Joe memang dipenjara saja. Sedangkan Dae-su melahirkan sosok protagonis yang bisa menimbulkan simpati.
Josh Brolin sebagai tokoh utama memang gambaran khas jagoan Amrik : tangguh, sedangkan Choi Min-Sik sedikit mengingatkan kita pada karakter konyol yang cukup komikal. Pengembangan karakter Dae-Su yang diperankan Choi Min-Sik jelas lebih baik, dan di sinilah mengapa saya jadi lebih menyukai Choi Min-Sik dibandingkan Josh Brolin (apalagi suara parau Josh Brolin, errr well, little bit annoying)
Josh Brolin sebagai tokoh utama memang gambaran khas jagoan Amrik : tangguh, sedangkan Choi Min-Sik sedikit mengingatkan kita pada karakter konyol yang cukup komikal. Pengembangan karakter Dae-Su yang diperankan Choi Min-Sik jelas lebih baik, dan di sinilah mengapa saya jadi lebih menyukai Choi Min-Sik dibandingkan Josh Brolin (apalagi suara parau Josh Brolin, errr well, little bit annoying)
THE GIRL
MI-DO (Kang Hye-Jung) vs MARIE (Elizabeth Olsen)
MI-DO (Kang Hye-Jung) vs MARIE (Elizabeth Olsen)
Elizabeth Olsen dan
Kang Hye-Jung sebagai the girl hadir dengan aura yang berbeda. Adik si
kembar Olsen membawa aura cool-girl yang harus saya akui, agak membosankan. Sedangkan Hye-Jung hadir
sebagai karakter polos dan sederhana yang loveable. Karakter Mi-do jelas lebih kaya dan memikat dibandingkan karakter Marie yang menurut saya one-dimension. Ikatan emosional yang terjalin antara sang karakter utama dengan sang gadis menurut saya chemistry-nya jauh lebih baik di Oldboy versi Korea. Ada chemistry yang mampu dipercaya pada Oldboy versi Korea dibandingkan ikatan yang serasa timbul dengan tiba-tiba pada versi remake-nya.
Sementara itu sebagai villain, Yoo Ji-Tae jelas mengungguli Sharlto Copley. Ada aura jahat dan keji yang dingin sekaligus begitu emosional(dan tampan) pada akting Yoo Ji-Tae, sedangkan Sharlto
Copley... well, sejak saya melihatnya sebagai karakter jahat yang norak dan mengganggu di
Elysium (2013), saya jadi sedikit tidak menyukainya, padahal saya suka doi waktu main di District 9. Karakter Woo-Jin seolah-olah bisa tampil sebegitu tega dan kejamnya, sementara karakter Adrian tak ubahnya seperti every-villain yang sudah sering kita tonton.
Anyway, dapat dikatakan bahwa kedalaman akting para pemeran di remake Oldboy menjadi tidak terlalu baik karena karakter para tokoh-tokohnya yang tidak dibangun dengan kuat.
THE VILLAIN
LEE WOO-JIN (Yoo Ji-Tae) vs ADRIAN PRYCE (Sharlto Copley)
Sementara itu sebagai villain, Yoo Ji-Tae jelas mengungguli Sharlto Copley. Ada aura jahat dan keji yang dingin sekaligus begitu emosional
Anyway, dapat dikatakan bahwa kedalaman akting para pemeran di remake Oldboy menjadi tidak terlalu baik karena karakter para tokoh-tokohnya yang tidak dibangun dengan kuat.
THE STYLE
Kalo soal
style ini sih masalah selera saja. Style Spike Lee adalah style yang terasa
lebih familiar dan umum, begitu khas film Amerika dan jauh lebih brutal (more brutal is more fun, isn't it?). Namun style yang diberikan
Spike Lee bak tampilan komersil dari sebuah karya-seni yang sudah dikerjakan Chan Wook. Dan ini seolah-olah mencederai
keindahan yang diberikan Chan-Wook di setiap adegan pada Oldboy versi aslinya.
Saya sendiri tentu saja lebih menyukai style Chan-Wook, dengan setiap
visualisasinya yang menawan dengan atmosfer yang terasa melankolis.
THE FIGHT
Salah satu
adegan fenomenal pada Oldboy versi Korea adalah adegan pertarungan long-shot di
sebuah koridor ketika Dae-Su menghajar anak buah Mr. Park. Adegan perkelahian
ini jelas bukan perkelahian yang cukup cool, namun menariknya perkelahian itu
terlihat natural dan manusiawi, hal yang sedikit berbeda dengan bagaimana Josh Brolin menghajar anak buah
Samuel L. Jackson - yang tampak terasa begitu mudahnya. But yes, level kesadisan versi Hollywood memang lebih ekstrim dan brutal.
THE CLIMAX
Bagian akhir
film Oldboy versi Korea bagi saya adalah puncak klimaks terparah yang pernah
ada. Twist yang ada dikupas dengan cukup hati-hati oleh Chan-Wook – yang akhirnya
mengantarkanmu pada salah satu twist tersakit yang pernah ada di dunia
perfilman. Dan di sinilah menurut saya puncak akting brilian kedua pemerannya,
si heroine yang diperankan oleh Choi Min-Sik dan si villain yaitu Yoo Ji-Tae. Ini
adalah salah satu klimaks teremosional yang pernah saya rasakan. Lalu
bagaimana dengan versi remakenya? Argh, bagian klimaks remake Oldboy ibarat
digarap oleh amatir. Tidak ada kesan emosional mendalam, selain (mungkin) rasa
terkejut oleh twist yang ada – ini tentu saja untuk yang belum pernah menonton Oldboy versi asli.
Selain itu Spike Lee mengeksekusinya dengan terburu-buru dan seenaknya sendiri.
SO?
Buat saya, remake
Oldboy adalah lelucon besar yang tidak penting untuk dikerjakan. Oldboy versi
Korea adalah sebuah timeless cult movie yang klasik, dan mustahil untuk ditandingi.
Kamu boleh saja menonton Oldboy versi remake jika saja kamu belum nonton Oldboy
versi aslinya – tapi ini jelas akan menjadi keputusan yang kamu sesali.
Good points! Jangan lupa si gurita dan sayap malaikat, untuk apa dihadirkan lagi di Remake-nya? Apalagi dengan tatapan "deja vu"-nya si Protagonis... niatnya mau bikin homage atau internal joke, tapi jatohnya malah garing. My opinion ;)
BalasHapusAnyway, kalau boleh tukaran link, saya di sinekdoks.wordpress.com
Cheerio!
Haha.. mungkin gurita & sayap malaikat jadi semacam "hiburan" buat yang uda nonton film aslinya
Hapusmbak niken boleh saran ya? font nya gedein dong, kalo kecil2 gini capek mata bacanya hehe
BalasHapusHai niken..
BalasHapusGlad to lost here..
great review..
Keep on working... :)
Hai hai, saya baru selesai nonton Old Boy versi remake di Trans TV. Tapi ada beberapa yang masih saya bingung jadi cari-cari di google, pembahasan film ini. Dan ketemulah blog ini dari beberapa blog lainnya. Belum buat saya puas sih sebenarnya, karena yang paling buat saya penasaran, itu bapaknya, sampai kaget tahu Marie anaknya, karena mereka sudah "melakukan" di Motel kah? Atau? Soalnya di Trans TV sensor-sensir kan kalau ada adegan2 dewasa. Di Trans TV, cuma sampai si Marie keluar kamar mandi pakai handuk mau ganti perban si Joe. di akhir2 film, si Joe seperti syok sekali pas tau Marie anaknya. Itu karena mereka sudah "itu" ya? Jawab dong yang tau...
BalasHapusSaya juga baru paham,habis nonton film aslinya di yt tapi 18+ ada adegan ranjang,intinya marie anaknya wkwkwk banyak yang di cut kalo di tv yaa kan maklum ada kpi
HapusKasiannya nonton di trans tv.. haha..
HapusSayang banget adegan itu disensor, padahal itu adegan krusial banget biar nohok di bagian endingnya. Dan lebih sayang lagi nonton versi remakenya, karena versi orinya ga tergantikan ~
Bener..aslinya emg mantab2 tuh thanos sama wanda...emg dunia sudah gilaaaaaa
HapusMon maap.. endingnya kok di penjara lgi.. duh bingung aku ngapain dia d kmr itu lg 😅
BalasHapusIya, betul bgt. Endingnya krg jelas di trans tv. Endingnya gmn y? Kok dia masuk ke motel lg? Dan dlm suratnya kok kalimatnya seakan dia udah tidur sama marie y? Tapi g ada adegan itu. Jadi lumayang ngambang, buat bingung hehhe. Makasih banget klw ad yg jelasin 😊
BalasHapus