Kill Theory (2009)


Directed by Chris Moore ; Produced by Dan Abrams, Morris Bart, Julie Dangel, Chris Bender, Amanda White, Adam Rosenfelt ; Written by Kelly C. Palmer ; Starring Teddy Dunn, Agnes Bruckner, Daniel Franzese ; Music by Michael Suby ; Cinematography David A. Armstrong ; Editing by Maureen Meulen ; Studio BenderSpink, Cross River Pictures
Element Films, Last Resort Productions, Lift Films ; Distributed by After Dark Films
Release date(s) 14 May 2008 ; Running time 82 minutes ; Country United States ; Language English

Genre : Horror, thriller
Rated: R
Imdb : 5.4/10
NikenBicaraFilm:

Sinopsis:
Sebuah horror/thriller teen-slasher yang cukup klise: sekelompok remaja pergi ke rumah salah satu anggota mereka untuk berlibur, tanpa menyadari seorang pyscho sedang mengikuti mereka dan menyeret mereka dalam sebuah permainannya. Sebuah permainan yang sebenernya simple, tapi mengerikan: untuk bisa bertahan hidup, mereka harus saling membunuh.


Review:
Beberapa waktu lalu saya sempat ngereview Dread, yang termasuk sebagai film yang didistribusikan oleh After Dark dan masuk ke dalam After Dark Horror Fest 4. Kali ini saya ngereview film yang lain, Kill Theory. Kalo mau dibandingkan, biarpun keduanya sama-sama film indie – yang berarti budget selalu minim, tapi saya merasa Kill Theory berada jauh pada level yang lebih rendah dibandingkan Dread. Baik dari kualitas akting, kualitas pengambilan gambar, plot cerita hingga scoring musiknya.

Kill Theory tak ubahnya seperti film-film teen-slasher yang sudah terlalu klise buat kita saat ini, seperti menonton episode-episode ulang film-film horror remaja yang satu dekade lalu cukup ngetrend : ambil contoh I Know What You Did Last Summer dan Scream atau bahkan House of Wax. Sekelompok remaja pergi bersama, lalu terbunuh satu per satu. Saya yakin Anda sudah bisa nebak siapa yang mati pertama, siapa yang mati terakhir. Pokoknya yang baik pasti mati terakhir, terus yang nyebelin dan emosinya gag bisa dikendalikan so pasti bakal mati duluan. Lalu, dengan premis demikian, Anda akan menyadari bahwa ide cerita ini sudah dibuat terlebih dahulu dalam film Jepang yang kontroversial : Battle Royale. *Namun tentu saja BR dieksekusi dengan jauuuuuh lebih baik dibandingkan film ini. Kemudian ada pula psycho bersuara serak-serak basah yang bermain di belakang layar, menyaksikan boneka-boneka mainannya saling membunuh, yang akan mengingatkan kita pada Mr. Jigsaw di franchise film Saw. Kill Theory seperti asal comot part-part penting film-film di atas itu dan akhirnya menjadikan Kill Theory sebagai perpaduannya yang mengecewakan.

Tampaknya, Kill Theory menjadi suguhan kelas B pula dengan adanya adegan cewek-cewek berbikini dan adegan hot cowok-ceweknya. Dialog-dialognya juga terkesan sedikit cheesy, dengan gaya penyutradaraan yang too obvious menurut saya. Terlalu jelas, terlalu berlebihan, dan terlalu denotatif. Akting para pemainnya juga menurut saya jauh di bawah standar, dan tidak ada yang tampil menonjol di film ini. Begitu pula dengan editing yang menurut saya cukup terputus-putus dan musik soundtrack yang sama sekali tidak kena di telinga saya.

Saya sempet dibikin booring menjelang pertengahan. Ingin rasanya mempercepat film hingga ingin tahu saja hasil akhirnya. Kita sudah bisa menebak lah aksi kejar-kejaran itu akan seperti apa. Siapa yang bertahan dan siapa yang mati. Ingin tau aja endingnya bakalan seperti apa. Untungnya, beberapa adegan di perempat film terakhir sempat mampu membuat kebosanan saya sedikit terbayarkan dengan semakin intensenya ketegangan yang ada, dan aksi bunuh-bunuhan telah dimulai. Bagi saya, adegan terkurung di van itu, dimana mereka diharuskan mengorbankan salah satu teman mereka, cukup bikin tegang. Kemudian aksi sadisme juga mulai perlahan-lahan muncul, mata ditusuk, dan kepala dihancurin. Lumayan lah buat saya nggak ngantuk lagi.

Saya berharap twist-nya akan lebih menggembirakan, namun nyatanya tidak cukup menggembirakan buat saya. Bukan berarti gag ada fakta mengejutkan, ada sih... tapi tidak cukup mengena buat saya dan membuat Kill Theory akhirnya menjadi sebuah film biasa yang tidak akan meninggalkan kesan.

Overview:
Sebuah perpaduan gagal dari film-film horror lain: Saw, I Know What You Did Last Summer dan Battle Royale yang tidak cukup worth it untuk ditonton. Namun tentu saja, menontonnya masih akan tetap berupa hiburan yang menyenangkan. Kill Theory tak ubahnya semacam guilty pleasure saja.

Direkomendasikan untuk:
Yang belum nonton film-film yang menjadi sumber inspirasi film ini: Saw, I Know What You Did Last Summer dan Battle Royale.

Komentar