RottenTomatoes: 92% | IMDb: 7/10 | Metascore: 85/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated : R
Genre: Drama, Action, Science Fiction & Fantasy
Directed by Bong Joon-ho ; Produced by Choi Yong-bae ; Written by Baek Chul-hyun, Bong Joon-ho ; Starring Song Kang-ho, Byun Hee-bong, Park Hae-il, Bae Doona, Go Ah-sung ; Music by Lee Byung-woo ; Cinematography Kim Hyung-koo ; Edited by Kim Sun-min ; Production
company
Showbox/Mediaplex, Chungeorahm Film, Sego Entertainment ; Distributed by Showbox (SK), Magnolia Pictures (US) ; Release dates
July 27, 2006 ; Running time
119 minutes ; Country South Korea ; Language Korean, English ; Budget ₩11.8 billion
(US$11 million)
Story / Cerita / Sinopsis:
Sebuah monster muncul dari sungai Han dan membuat kekacauan. Seorang ayah, Park Gang-Doo (Song Kang-Ho) mencari putrinya yang diculik sang monster dengan bantuan dari keluarganya.
Resensi / Review:
Sejak nonton Old Boy (Park Chan-Wook, 2003), saya tidak bisa lagi meremehkan kekuatan film-film Korea Selatan, terutama yang berada di genre thriller, horror, dan misteri. Sejauh ini film-film korea yang baru saya lahap dan saya akui keren masih berkisar garapan tiga sineas besar Korea Selatan: Park Chan Wook (Old Boy), Kim Jee-Woon (A Tale of Two Sisters) dan Bong Joon-Ho (Memoirs of Murders). Nama terakhir ini yang kemudian mempesona saya lewat film Snowpiercer (2013), dan membuat saya kemudian mencari film lamanya, termasuk The Host ini (dirilis tahun 2006) yang sampai saat ini menjadi film paling laris di sejarah perfilman Korea Selatan. Tidak hanya meraih sukses secara mainstream (baca: pemasukan uang), The Host juga memperoleh banyak pujian para kritikus.
Dalam manusia versus monster mutasi, pendekatan yang dilakukan Bong Joon-Ho adalah melalui sebuah keluarga disfungsional yang tidak bisa diandalkan. Sang ayah dan kakek (Byun Hee-Bong) dengan ketiga anaknya: Anak pertama Gang-Doo (Song Kang-Ho) yang pemalas, anak kedua Nam-Joo (Doona Bae) yang peragu dan lambat, dan anak ketiga Nam-Il (Park Hae-Il), mantan aktivis mahasiswa yang pemabuk dan pengangguran. Satu-satunya yang justru bisa diandalkan adalah anggota termuda keluarga mereka, Hyun-Seo (Ah Sung-Ko) yang merupakan anak Gang-Doo. Maka ketika Hyun-Seo yang diculik oleh sang monster, anggota keluarga lain yang kacau balau ini harus "mendewasakan diri" demi menyelamatkan Hyun-Seo.
Pendekatan keluarga (keluarga payah pula!) sebagai protagonis boleh dibilang juga menjadi pembeda dari unsur film-film bencana sejenis yang biasanya berkisar pada kisah heroik sang ayah menyelamatkan sang anak. Belum lagi umumnya film-film bencana sejenis biasanya diikuti dengan aksi dramatis nan profesional dari pemerintah menyelamatkan warganya, sementara melalui The Host pemerintah Korea Selatan digambarkan bak dagelan yang ga becus mengatasi bencana. Kedua hal ini menjadi unsur komedi satir yang cukup mendominasi jalan cerita, membuatnya lucu di satu sisi - namun tidak menjatuhkan mood film ini sendiri. Bong Joon-Ho juga mampu bermain baik di arena suspense-nya, cerdas dan lihai memainkan tempo ketegangan. Sentuhan dramanya, yang hadir melalui keluarga Park, tidak diragukan lagi juga menjadi sentuhan melodramatik yang heartwarming. Adegan keluarga yang makan mie instan di tengah perjalanan misinya, entah bagaimana menjadi sebuah adegan sederhana yang cukup menyentuh. Dan meramu genre komedi/satir dengan unsur suspense dan drama dalam film monster ala Godzilla bukanlah perkara mudah. Dan hal ini menjadi sesuatu yang membuat The Host layak dipuji.
The Host - no doubt - is a blockbuster mainstream movie, tapi ini bukan sekedar film monster dengan tujuan sekedar menghibur. Sebagaimana Snowpiercer yang sarat muatan makna, dalam The Host kita juga bisa melihat banyak sindiran-sindiran terhadap isu lingkungan dan politik. Isu lingkungan itu bisa dilihat dari bagaimana sang monster merupakan hasil mutasi akibat limbah yang dibuang orang sembarangan ke sungai Han. Sementara isu politik disampaikan melalui penggambaran pemerintah US sebagai pihak antagonis dalam cerita (ini hal yang patut ditertawakan, karena harusnya kita bosan dengan propaganda US sebagai negara yang "benar"), serta bagaimana agen-agen pemerintah Korea Selatan digambarkan tidak capable, tidak tanggap dan tidak simpatik terhadap para korban.
Entah disadari atau tidak, namun sebenarnya sinema Korea Selatan telah memunculkan signature style-nya sendiri (ngomong-ngomong konteks yang saya maksud bukan soal drama korea lho ya). Sebagaimana film-film asal negeri Ginseng yang dipuji secara internasional, The Host juga menampilkan signature style itu dengan baik. Sebuah film yang tidak hanya bagus dalam mengemas cerita, namun juga dan artistik dari segi visualnya, didukung dengan scoring music khas orchestra-nya yang indah. Dari departemen casting, The Host yang dipimpin oleh Song Kang-Ho sebagai karakter utama bermain dengan baik, demikian juga para pemeran lainnya, termasuk si kecil Ah Sung-Ko. Anyway, si Song Kang-Ho dan Ah Sung-Ko ini kembali bermain sebagai bapak dan anak lho di film Snowpiercer (2013).
Sampai di sini kelihatannya The Host flawless, tapi ada beberapa kekurangan sih yang membuat The Host kurang memuaskan buat saya. Pertama, si monster itu sendiri. Oke, efeknya masih terasa kurang dipercaya - namun ini bisa dimaklumi. Yang saya maksud adalah monster ini di mata saya kurang disturbing dan serem. Malah kelihatan sedikit konyol. Mutasi ikan (dan mengingatkan saya dengan kuda nil) jelas bukanlah hasil mutasi yang menyeramkan. (Mungkin hal ini disebabkan karena The Host dimaksudkan sebagai film keluarga, jadi monsternya jangan serem-serem dan adegannya jangan sadis-sadis). Kedua, menjelang akhir The Host justru kurang baik dalam memainkan temponya. Ritme tegang - sepi - tegang - sepi yang dimainkan dari awal justru membuat timeline terasa rancu. Jujur, saya agak dibikin bingung apakah kejadian ini berjalan dalam waktu satu hari atau berhari-hari. How to kill the monster juga terasa kurang greget.
Overview:
The Host adalah satu pembuktian lagi bahwa film Korea Selatan memang patut diperhitungkan di kancah internasional. Sebuah monster-movie yang digarap dengan sangat baik. Porsi komedi, satir, suspense, drama dimainkan dalam takaran yang tepat - menjadikannya sebuah sajian menghibur tanpa kehilangan kontrol sebagai film yang berkualitas. Sinematografinya cantik, scoring music-nya indah, castingnya juga baik. Ada kekecewaan di bagian ending dan efek monsternya itu sendiri, namun ini bukan faktor signifikan. The Host is still that good.
Signature style sinema Korea memang gak bisa dipandang sebelah mata lagi. Theirs is that good. Ditunggu review film Bong Joon Ho yang lain ;)
BalasHapuscuma mau ralat sedikit, the host (2006) sudah bukan lagi film terlaris Korea, meski pernah jadi film terlaris sepanjang masa sebelum dipecahkan film The Admiral Roaring Currents (2014), film besutan sutradara Kim Han Min.
BalasHapusFilm-film karya sutradara JK Yoon juga banyak yg bagus lho...
Ah, thankyou mas atas koreksinya.
HapusBoleeh donk saya dikasih rekomendasi film-film korea selatan lain yang oke juga.. :)
nih beberapa film korea yg mnurut ane bgus,
Hapus- the man from nowhere (2010),
- masquerade (2012),
- miracle in cell no.7 (2013),
- ode to my father (2014),
Coba The wailing juga bagus kak
Hapus