Kumiko, The Treasure Hunter (2015) (4/5)


It is my destiny. 

RottenTomatoes: 87% | IMDb: 6,7/10 | Metascore: 68/100 | NikenBicaraFilm: 4/5

Rated: PG-13
Genre: Drama

Directed by David Zellner ; Produced by Jim Burke, Andrew Banks, Cameron Lamb, Chris Ohlson, Nathan Zellner ; Written by David Zellner, Nathan Zellner ; Starring Rinko Kikuchi, Nobuyuki Katsube ; Music by The Octopus Project ; Cinematography Sean Porter ; Edited by Melba Jodorowsky ; Production company Ad Hominem Enterprises, Lila 9th Productions ; Distributed by Amplify ; Release dates January 20, 2014 (Sundance) February 8, 2014 (Berlin) March 13, 2015 ; Running time 104 minutes ; Country United States ; Language English, Japanese

Story / Cerita / Sinopsis:
Kumiko (Rinko Kikuchi) adalah seorang perempuan introvert 29 tahun yang terasing pada kehidupan kesehariannya. Ia kemudian menonton Fargo - film milik Coen Brothers dan mempercayai bahwa kisah fiktif itu benar adanya, dan ia bertekad ke Minnesota, Amerika Serikat untuk menemukan tas berisi uang yang dikubur oleh karakter Carl Showalter yang diperankan Steve Buscemi pada film tersebut.

Review / Resensi:
Pada tahun 2001, seorang wanita Jepang ditemukan meninggal di Detroit Lakes, Minnesota. Oleh media, kematian wanita itu kemudian memunculkan spekulasi yang berujung menjadi urban legend, bahwa perempuan tersebut tengah mencari harta karun yang disembunyikan oleh Carl Showalter (diperankan oleh Steve Buscemi) di Fargo, film tahun 1996 milik Coen Brothers - dimana kemudian dalam pencariannya wanita tersebut meninggal akibat hipotermia. Tentu saja, kisah itu hanyalah fiksi belaka - karena menurut kepolisian setempat wanita yang bernama Takako Konishi sesungguhnya bunuh diri dan diduga akibat mengalami depresi. Namun kisah yang terlanjur berkembang itu menjadi inspirasi bagi David Zelner untuk menciptakan karakter Kumiko (Rinko Kikuchi) yang mempercaya bahwa film Fargo adalah kisah nyata - dan sebuah tas berisi segepok uang tersembunyi di bawah salju di Fargo, Minnesota, menunggu dirinya untuk ditemukan. 

Sekilas, cerita ini bagaikan sebuah film komedi satir, sebagaimana mungkin akan mengingatkan kita kepada film arahan Alexander Payne, Nebraska (2014) (tokoh ayah paruh baya dalam film itu percaya bahwa dia menang lotere, dan anak laki-lakinya terpaksa menemani ayahnya untuk menebus lotere itu. Tentu saja si ayah tidak benar-benar menang lotere). Namun David Zelner membungkus cerita itu menjadi sebuah karya film drama-melankolis dengan aspek visual yang luar biasa menawan. Dalam balutan nuansa tone abu-abu dan biru, David Zelner menghadirkan sebuah film yang secara visual menyiratkan betapa kesepiannya dan depresifnya seorang Kumiko. Sejujurnya, sisi sinematografi Kumiko, The Treasure Hunter adalah aspek paling menakjubkan dari film ini sendiri. Jaket Kumiko yang berwarna merah dan dikenakannya di banyak adegan, menjadi penanda mencolok yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa Kumiko adalah karakter yang unik (atau sebenarnya aneh). Bagi saya, adegan akhirnya yang melibatkan Kumiko dan salju begitu indah di mata. Hamparan lansekap bersalju yang sepi, kosong dan dingin - lalu ada Kumiko di tengah-tengahnya. It's beautiful. (Sepertinya mengingatkan saya pada beberapa adegan di film Fargo juga, tapi kali itu melibatkan salju dan darah). 

This is the scene I've talked about

Well, memang dari segi visual, pengambilan gambar Kumiko, The Treasure Hunter ini memang sungguh menawan. Namun harus diakui filmnya terlalu sepi untuk dinikmati. Sulit bagi saya untuk tidak menguap sepanjang film (apalagi kita sudah tahu ceritanya!), dan membuat saya sampai nonton sambil main handphone biar nggak ketiduran. Film memang bergerak begitu lambat dan minim dialog. Rupanya memang ini pendekatan paling sempurna untuk menyampaikan betapa terkucilnya karakter Kumiko. Tapi mau tidak mau efek sepi ini menjadi rawan membosankan. Yaa.. memang artsy movie macam begini tidak cocok untuk kalangan awam (including me). Gaya yang lamban, minim dialog, yang main orang Jepang, sinematografi yang cantik, ditambah sentuhan audio yang absurd dari The Octopus Project membuat saya mau tidak mau teringat film-film horror Jepang. Alhasil beberapa kali bagian dalam film saya sempat berprasangka apakah film ini akan jadi film horror. Saya sih mengharapkan demikian, supaya bisa ada adegan serunya. Haha.

Kekuatan utama film ini selain aspek visualnya tentu saja adalah sosok Kumiko itu sendiri. Dari kacamata orang ketiga, kita akan melihat bahwa Kumiko tidak lebih dari orang aneh yang penyendiri, sulit bergaul, dan tidak punya potensi masa depan yang menjanjikan. Kumiko berusia 29 tahun, dan ia merasa terintimidasi oleh bos yang dibencinya di tempat kerjanya, rongrongan dari ibunya, serta tampaknya tidak tahan dengan peer-pressure dari lingkungan sosialnya (salah satunya digambarkan ketika ia menghindari teman lamanya). Kumiko adalah karakter yang sulit dipahami. Namun kita diajak untuk menyelami hidupnya, dan sejujurnya karakternya yang lemah dan naif entah bagaimana sangat menimbulkan empati. She stucks with her life, dan satu-satunya alasan yang mungkin mampu membuatnya bertahan hidup adalah mimpinya mengejar harta karun. Ia kemudian merasa menemukan tujuan hidup yang lebih berarti. I know how she feels. Ini irasional dan gila, namun ide itu begitu berarti bagi Kumiko. Dan tak peduli betapa tidak masuk akalnya obsesi itu, jika kita orang terdekat Kumiko harusnya kita bisa mengerti. Sayangnya, Kumiko tidak punya seseorang yang benar-benar bisa memahaminya, dan itu begitu menyakitkan untuk disaksikan. Sebagai Kumiko, Rinko Kikuchi mampu memberikan akting yang memukau.

Overview:
Ini adalah misi pencarian harta karun yang.... menyedihkan. David Zelner mengarahkan Kumiko, The Treasure Hunter sebagai sebuah "tribut" bagi tokoh fiktif Kumiko - seorang perempuan yang kesepian, terkucilkan, namun sebuah impian mampu membuatnya bertahan. Aspek visual dan sinematografinya benar-benar artistik, indah dan menawan. Namun harus diakui jalan ceritanya memang bergerak lamban dan sedikit membosankan. 

Komentar